Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyek Kereta Cepat Whoosh: Alasan Dibangun, Utang, dan Tantangan Pembiayaan

Kompas.com - 28/10/2025, 09:54 WIB
Mela Arnani

Penulis

KOMPAS.com – Polemik soal utang kereta cepat Whoosh kembali mencuat setelah pemerintah menegaskan bahwa proyek kereta cepat Jakarta–Bandung (KCJB) kini menjadi tanggung jawab Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

Isu ini kembali ramai dibicarakan karena menyangkut masa depan proyek kereta cepat yang digadang-gadang menjadi simbol kemajuan transportasi Indonesia.

Di tengah perdebatan tersebut, mantan Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa pembangunan kereta cepat Whoosh sejak awal bukan dimaksudkan untuk mencari keuntungan finansial, melainkan investasi sosial jangka panjang.

“Prinsip dasar transportasi massal itu layanan publik, bukan mencari laba. Jadi, transportasi umum tidak diukur dari keuntungan finansial, tetapi dari keuntungan sosial,” ujar Jokowi saat ditemui di Mangkubumen, Banjarsari, Kota Solo, Senin (27/10/2025).

Baca juga: Daftar Kereta Ekonomi New Generation Oktober 2025, Cek Rute dan Harga Tiketnya

Alasan pembangunan kereta cepat Whoosh

Jokowi menuturkan, gagasan membangun kereta cepat Whoosh lahir dari upaya atas kemacetan parah di wilayah Jabodetabek dan Bandung yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

“Dari kemacetan itu negara rugi secara hitung-hitungan. Kalau di Jakarta saja sekitar Rp 65 triliun per tahun, kalau Jabodetabek plus Bandung kira-kira sudah di atas Rp 100 triliun,” ujarnya.

Menurut Jokowi, kerugian ekonomi akibat kemacetan menjadi alasan utama pemerintah menghadirkan moda transportasi massal seperti KRL, MRT, LRT, dan kereta cepat Whoosh.

Baca juga: Tarif Tol Solo - Prambanan 2025 Lengkap per Golongan Kendaraan

Tujuannya agar masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum, sehingga waktu tempuh lebih efisien dan produktivitas meningkat.

Selain itu, keberadaan kereta cepat Whoosh juga diharapkan membawa dampak sosial dan ekonomi, seperti penurunan emisi karbon, peningkatan produktivitas, serta pertumbuhan ekonomi di kawasan-kawasan baru.

“Contohnya kereta cepat, yang menumbuhkan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru,” kata Jokowi.

Baca juga: Cara Mudah Cek Tarif Tol Lewat Google Maps, Ini Panduannya

Kereta cepat Jakarta-Bandung Whoosh di Stasiun Halim, Jakarta Timur.KOMPAS.com/Krisda Tiofani Kereta cepat Jakarta-Bandung Whoosh di Stasiun Halim, Jakarta Timur.

Berapa total utang kereta cepat Whoosh?

Diberitakan Kompas.com (28/10/2025), total utang kereta cepat Jakarta–Bandung mencapai sekitar 7,27 miliar dollar AS atau sekitar Rp 120,38 triliun (kurs Rp 16.500 per dollar AS).

Dari total itu, 75 persen proyek kereta cepat dibiayai melalui pinjaman China Development Bank (CDB) dengan bunga dua persen per tahun dan tenor 40 tahun.

Namun, proyek ini mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar 1,2 miliar dollar AS, yang akhirnya menambah utang baru dengan bunga di atas tiga persen per tahun.

Baca juga: Tabel KUR BRI 2025 Pinjaman Rp 1 Juta-Rp 50 Juta, Cek Cicilannya di Sini

“Untuk loan denominasi dollar AS bunganya 3,2 persen, sedangkan untuk renminbi atau RMB 3,1 persen,” kata Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo kepada Kompas.com pada 9 Januari 2024.

Tambahan utang sebesar 542,7 juta dollar AS digunakan untuk menutup pembengkakan biaya yang menjadi tanggungan konsorsium Indonesia sebesar 75 persen. Sisanya ditutupi melalui penyertaan modal negara (PMN) dari APBN.

Baca juga: Tabel Angsuran KUR Mandiri 2025: Pinjaman Hingga Rp 500 Juta, Cek Cicilannya di Sini

Halaman:


Terkini Lainnya
Kebijakan Cukai Rokok 2026: Realisme Fiskal dan Upaya Tekan Rokok Ilegal
Kebijakan Cukai Rokok 2026: Realisme Fiskal dan Upaya Tekan Rokok Ilegal
Industri
Intip Harta Kekayaan Gubernur Riau Abdul Wahid yang Terjaring OTT KPK
Intip Harta Kekayaan Gubernur Riau Abdul Wahid yang Terjaring OTT KPK
Ekbis
Balikkan Rugi, Emiten Emas ARCI Cetak Laba Bersih 71 Juta Dollar AS
Balikkan Rugi, Emiten Emas ARCI Cetak Laba Bersih 71 Juta Dollar AS
Cuan
Danantara Mulai Tender Proyek Sampah Jadi Listrik (WTE) 6 November
Danantara Mulai Tender Proyek Sampah Jadi Listrik (WTE) 6 November
Energi
Laba Bersih DATA  Naik 24 Persen pada Kuartal III 2025, Ditopang Ekspansi Jaringan FTTH
Laba Bersih DATA Naik 24 Persen pada Kuartal III 2025, Ditopang Ekspansi Jaringan FTTH
Cuan
Gandeng S&P Dow Jones Indices, BEI Luncurkan Tiga Indeks Saham Co-Branded
Gandeng S&P Dow Jones Indices, BEI Luncurkan Tiga Indeks Saham Co-Branded
Cuan
Setahun Prabowo-Gibran, BTN (BBTN) Akselerasi Program Tiga Juta Rumah
Setahun Prabowo-Gibran, BTN (BBTN) Akselerasi Program Tiga Juta Rumah
Keuangan
Jaga Stabilitas dan Dorong Ekonomi, BI Longgarkan Kebijakan Moneter
Jaga Stabilitas dan Dorong Ekonomi, BI Longgarkan Kebijakan Moneter
Keuangan
Produksi Beras Naik, Mentan: Insya Allah Tahun Ini Tak Ada Impor
Produksi Beras Naik, Mentan: Insya Allah Tahun Ini Tak Ada Impor
Ekbis
4 Kriteria Penerima Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan
4 Kriteria Penerima Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan
Ekbis
Menhub Lantik Teuku Faisal Fathani Jadi Kepala BMKG, Dorong Sinergi Transportasi dan Informasi Cuaca Nasional
Menhub Lantik Teuku Faisal Fathani Jadi Kepala BMKG, Dorong Sinergi Transportasi dan Informasi Cuaca Nasional
Ekbis
Apa Itu ETF Emas dan Manfaatnya untuk Investor?
Apa Itu ETF Emas dan Manfaatnya untuk Investor?
Cuan
KKSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga
KKSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga
Ekbis
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Cuan
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau