Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ija Suntana
Dosen

Pengajar pada Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Dilema Kritik Moralitas

Kompas.com - 20/08/2025, 09:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ADA ironi yang jarang disadari. Semakin sesuatu yang dianggap tidak bermoral—seperti pornografi—dikritik secara moral, semakin ia menjadi pusat perhatian. Semakin banyak orang yang justru penasaran. Pada akhirnya, semakin menguatlah sesuatu yang tidak bermoral itu.

Kritik moralitas sering kali berubah menjadi iklan gratis, yang tanpa sengaja mempromosikan subjek yang dikritik.

Fenomena ini tidak hanya terjadi di ranah pornografi atau konten hiburan erotis, tetapi juga dalam politik, bernegara, bahkan kehidupan sosial yang luas.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya terletak pada hukum psikologis yang dikenal sebagai efek Streisand. Sebuah hukum psikologis yang timbul dari kejadian Barbra Streisand, seorang penyanyi di Amerika.

Streisand menggugat seorang fotografer, Kenneth Adelman, karena memotret rumahnya di California dan mengunggahnya ke web.

Sebelum gugatan, foto unggahan itu hampir tidak ada yang melihat. Namun, setelah gugatan diajukan dan diberitakan luas, foto itu justru dilihat ratusan ribu kali.

Baca juga: Pesan dari Pati: Jangan Pernah Menantang Rakyat

Dalam konteks sosial, efek ini menjadi lebih kompleks. Kritik moral bukan malah menutup akses, tetapi menciptakan panggung publik yang justru “memberikan oksigen” kepada perilaku amoral untuk terus bernapas.

Dalam konteks bernegara, kritik moral terhadap gaya hidup tertentu sering kali juga memperkuat gaya hidup itu sendiri.

Ambil contoh pada gelombang kontra-kebudayaan di Barat pada dekade 1960-an. Para politisi konservatif dan lembaga moral saat itu gencar memprotes musik rock, gaya hidup hippie, dan kebebasan seksual sebagai bentuk dekadensi. Namun, apa yang terjadi?

Kritik-kritik moral itu malah menjadi bahan bakar bagi anak muda untuk semakin mengidentifikasi diri dengan simbol-simbol pemberontakan tersebut.

Rock and roll tidak mati oleh kritik moral, justru menjadi budaya global. Hippie tidak hilang, malah menanamkan benih gaya hidup liberal yang hingga kini masih kuat.

Fenomena serupa juga tampak dalam kehidupan sosial kontemporer saat ini. Media sosial, yang kini menjadi arena pertempuran moral, memperlihatkan dengan gamblang paradoks ini.

Semakin suatu konten dianggap “tidak pantas” dan dilaporkan, justru semakin viral konten itu beredar.

Setiap kritik moral di kolom komentar ibarat menyalakan lampu sorot yang menarik lebih banyak penonton.

Seorang selebritas yang berpose vulgar mungkin saja hanya mendapat ribuan penonton pada awalnya. Namun, begitu publik gencar menyerangnya dengan tudingan amoral, jumlah penontonnya bisa melonjak menjadi jutaan.

Halaman:


Terkini Lainnya
KPK Usut Kerugian Negara Terkait Kasus Petral
KPK Usut Kerugian Negara Terkait Kasus Petral
Nasional
Kesaksian Pihak Orkes Sidang MPR soal Anggota DPR Joget: Lagunya Gembira
Kesaksian Pihak Orkes Sidang MPR soal Anggota DPR Joget: Lagunya Gembira
Nasional
OTT, KPK Tangkap Gubernur Riau Abdul Wahid
OTT, KPK Tangkap Gubernur Riau Abdul Wahid
Nasional
Jadi Pilot Airbus A400M Pertama, Mayor Riki Sihaloho: Senang dan Bersyukur!
Jadi Pilot Airbus A400M Pertama, Mayor Riki Sihaloho: Senang dan Bersyukur!
Nasional
Materi soal Pekerja Migran Akan Diajarkan di Sekolah Rakyat
Materi soal Pekerja Migran Akan Diajarkan di Sekolah Rakyat
Nasional
Kepala BGN Tegaskan Tak 'Plek' Contoh MBG India: Kita Beda Banget
Kepala BGN Tegaskan Tak "Plek" Contoh MBG India: Kita Beda Banget
Nasional
Penjarahan Rumah Sri Mulyani hingga Sahroni Disebut Sudah Direncanakan
Penjarahan Rumah Sri Mulyani hingga Sahroni Disebut Sudah Direncanakan
Nasional
BGN Akui Keracunan MBG Masih Terjadi, Kebanyakan karena Kualitas Air
BGN Akui Keracunan MBG Masih Terjadi, Kebanyakan karena Kualitas Air
Nasional
Pilot A400M Jalani Latihan Tambahan 30 Hari Usai Mendarat di Lanud Halim
Pilot A400M Jalani Latihan Tambahan 30 Hari Usai Mendarat di Lanud Halim
Nasional
Dugaan Mark Up Whoosh, KAI Siap Suplai Data dan Beri Kesaksian
Dugaan Mark Up Whoosh, KAI Siap Suplai Data dan Beri Kesaksian
Nasional
KSPSI Sidak Pabrik Ban Bareng Dasco: Perusahaan Tak Patuh Akan Dipanggil DPR
KSPSI Sidak Pabrik Ban Bareng Dasco: Perusahaan Tak Patuh Akan Dipanggil DPR
Nasional
Dari Langit Eropa ke Indonesia: Perjalanan Panjang Mayor Riki Bawa Pulang Airbus A400M Pertama ke Tanah Air
Dari Langit Eropa ke Indonesia: Perjalanan Panjang Mayor Riki Bawa Pulang Airbus A400M Pertama ke Tanah Air
Nasional
Ini 'Tugas' dari Prabowo untuk Pesawat A400M: Evakuasi hingga Misi Kemanusiaan
Ini "Tugas" dari Prabowo untuk Pesawat A400M: Evakuasi hingga Misi Kemanusiaan
Nasional
KPK Terbitkan Sprindik Baru Kasus Pengadaan Minyak Mentah dan Produk Kilang
KPK Terbitkan Sprindik Baru Kasus Pengadaan Minyak Mentah dan Produk Kilang
Nasional
Dasco Sidak ke Pabrik Ban Michelin karena Endus Pelanggaran PHK
Dasco Sidak ke Pabrik Ban Michelin karena Endus Pelanggaran PHK
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau