Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Respons Mendikti soal Gas Air Mata di Unisba dan Unpas

Kompas.com - 02/09/2025, 23:49 WIB
Firda Janati,
Danu Damarjati

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek) Brian Yuliarto menyampaikan bahwa suara mahasiswa merupakan bagian penting dari denyut bangsa.

Hal ini disampaikan Brian untuk menanggapi peristiwa gas air mata dari polisi di Kampus Universitas Islam Bandung (Unisba) dan Universitas Pasundan (Unpas) pada Senin (1/9/2025) malam.

"Suara mahasiswa adalah bagian penting dari denyut bangsa," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima, Selasa (2/9/2025).

Baca juga: Rektor Unisba Kecam Tembakan Gas Air Mata Masuk Area Kampus Tamansari Bandung

Brian berkomitmen memastikan, kampus akan menjadi ruang berbagi, ruang bertumbuh, dan ruang aman untuk menyampaikan aspirasi.

"Jika aksi terus dilakukan, mari kita rapatkan barisan dengan damai, menjaga marwah gerakan mahasiswa agar tidak dimanfaatkan pihak-pihak yang ingin merusak republik," ucapnya.

Baca juga: Polisi Klaim Kericuhan Unisba Terencana: Kami Dipancing Serang Kampus

Brian mengajak para pimpinan perguruan tinggi di seluruh Indonesia untuk membuka ruang dialog dan mendengarkan aspirasi mahasiswa secara langsung.

"Jadikan kampus sebagai contoh terbaik dalam merawat demokrasi yang sehat dan bermartabat, dengan selalu mengedepankan dialog dan langkah persuasif," tegasnya.

Dia turut prihatin dan mengutuk keras penjarahan serta provokasi destruktif yang merusak kohesi sosial serta mengganggu ketenangan publik.

"Keselamatan mahasiswa harus menjadi prioritas, dengan penyampaian aspirasi yang berlangsung di ruang aman, khususnya lingkungan kampus, agar tidak dimanfaatkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab," jelasnya.

Soal gas air mata di Unisba dan Unpas

Sebagai informasi, kericuhan terjadi di sekitar Kampus Universitas Islam Bandung (Unisba) dan Universitas Pasundan (Unpas), Jalan Tamansari, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (1/9/2025) malam.

Insiden itu bermula usai demonstrasi di depan Gedung DPRD Jawa Barat.

Mahasiswa menyebut aparat menembakkan gas air mata ke dalam kampus hingga menyebabkan korban luka.

Baca juga: Pernyataan Sikap BEM Se-UI Usai Polisi Tembakkan Gas Air Mata di Unisba dan Unpas

Sementara itu, polisi membantah dan menyebut ada provokator berpakaian hitam yang sengaja memancing bentrokan.

Presiden Mahasiswa (Presma) Unisba, Kamal Rahmatullah, mengatakan insiden terjadi sekitar pukul 23.30 WIB.

Baca juga: Unisba-Unpas Ditembaki Gas Air Mata, Ketua Komisi X Tegaskan Kampus Ruang Aman

Saat itu, sejumlah mahasiswa sedang beristirahat di depan kampus sebelum aparat gabungan TNI-Polri tiba-tiba datang.

"Mereka langsung menyerang ke arah bawah, otomatis mahasiswa berlarian masuk ke dalam. Setelah itu ada tembakan gas air mata dari jarak kurang lebih 2 meter dari gerbang kampus," kata Kamal, dikutip dari Tribunnews, Selasa (2/9/2025).

Beredar video yang menyebut polisi menembaki kampus Universitas Islam Bandung (Unisba) dan Universitas Pasundan (Unpas) dengan gas air mata saat kericuhan di Jalan Tamansari, Kota Bandung, Senin (1/9/2025) malam. Polda Jabar kemudian membantah informasi tersebut.Tangkapan layar video Instagram @info.mahasiswaunisba Beredar video yang menyebut polisi menembaki kampus Universitas Islam Bandung (Unisba) dan Universitas Pasundan (Unpas) dengan gas air mata saat kericuhan di Jalan Tamansari, Kota Bandung, Senin (1/9/2025) malam. Polda Jabar kemudian membantah informasi tersebut.

Polisi: Gas air mata tertiup angin

Di sisi lain, Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Hendra Rochmawan, menyebut aparat sama sekali tidak memasuki area kampus Unisba.

Menurutnya, patroli gabungan TNI-Polri menemukan kelompok berpakaian hitam yang melakukan provokasi, membakar ban, dan melempar bom molotov ke arah petugas.

“Tembakan gas air mata diarahkan ke jalan raya. Namun, karena tertiup angin, sebagian gas masuk ke area parkiran Unisba. Itu dijadikan bahan provokasi seolah-olah aparat menyerang kampus,” kata Hendra.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau