JAKARTA, KOMPAS.com – Saat ini pasar otomotif Indonesia tengah diramaikan oleh kendaraan listrik dari negeri Tiongkok. Tak terkecuali di segmen Multi Purpose Vehicle (MPV) Premium, yang sudah diisi oleh Denza Z9, Maxus Mifa 9, hingga Xpeng X9.
Kendati demikian, merek asal Jerman, Volkswagen yang diwakili dengan ID. Buzz di segmen MPV premium tetap percaya diri dengan karakter, kualitas, dan loyalitas konsumennya yang diklaim tak tergantikan oleh merek manapun.
Hal ini ditegaskan Andrew Nasuri, Director Indomobil Group, yang menyebut bahwa konsumen Volkswagen memiliki karakter dan preferensi berbeda dibanding pembeli kendaraan listrik pada umumnya.
Baca juga: Sempat Tergenang, Banjir di Kendal Sudah Berangsur Surut
“Beda sekali. Jadi, konsumen VW itu mereka punya permintaan dan maunya sendiri. Jadi tidak bisa digantikan dengan merek apapun,” ujar Andrew saat ditemui dalam acara penyambutan Volkswagen ID. Buzz World Tour di Jakarta, Selasa (28/10/2025).
“Kalau lihat presentasi tadi, dengan satu kendaraan dari Jerman bisa 75 negara. Itu adalah sesuatu yang kita enggak bisa bilang merek lain bisa,” lanjutnya.
Menurut Andrew, daya tarik utama Volkswagen bukan hanya pada performa atau fitur elektrifikasinya, melainkan pada feel dan koneksi emosional antara pengemudi dengan mobil.
MPV Premium listrik terbaru asal China, Maxus Mifa 9Bagi para pemilik VW, mobil bukan sekadar alat transportasi, tapi bagian dari gaya hidup dan identitas.
“Konsumen-konsumen kita itu yang membeli Volkswagen ID.10 ini, mereka sangat apresiasi kualitas, strukturalnya, dan juga mereka mau mengendarai. Jadi bukan hanya menggunakan kendaraan itu cuma dari rumah ke kantor, tapi kendaraan itu sebagai keluarga, sebagai partner,” kata Andrew.
Baca juga: China Rilis Peta Jalan Otomotif, Bidik 80 Persen Elektrifikasi
Spirit itulah yang menjadi pembeda antara Volkswagen dan brand lain, termasuk merek-merek China yang kini mulai mendominasi segmen kendaraan listrik premium.
Volkswagen, kata Andrew, tak melihat persaingan dari sisi harga atau spesifikasi semata, melainkan dari warisan, keandalan, dan pengalaman berkendara yang tak bisa digantikan.
“Nah makanya kenapa Volkswagen itu dari dulu entusiasmenya beda sekali. Jadi tidak ada yang namanya, oh saya mau beli ID. Buzz, tapi saya lagi mikir merek lain. Tidak. Kalau memang sudah liriknya ID. Buzz, sudah, langsung aja ID. Buzz,” kata Andrew.
Masuknya berbagai merek listrik China ke Indonesia memang membuat pasar kendaraan listrik semakin kompetitif. Namun bagi Volkswagen, kompetisi justru menjadi ajang untuk memperkuat nilai-nilai yang sudah lama melekat.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang