Salah satu peserta asal Bali, I Dewa Made Kasama Biputra, mengungkapkan filosofi mendalam di balik jemparingan.
"Dari jemparingan kami belajar tentang kehidupan. Busur itu ibarat ayah yang kokoh tapi lentur, tali busur adalah ibu yang mendorong, dan anak panah itu anak yang punya arah sendiri. Jadi, memanah bukan hanya soal teknik, tapi juga tentang rasa dan keseimbangan,” kata Dewa.
Pertandingan berlangsung dalam 15 kali rambahan atau putaran. Setiap peserta melepas empat anak panah dalam setiap putaran.
Para peserta melepaskan anak panah ke bandul yang menggantung sebagai sasaran. Suasana penuh kegembiraan terasa di antara peserta ketika sasaran terpanah, meski tanpa sorak kemenangan yang hingar-bingar—hanya senyum tenang dan rasa syukur.
Baca juga: Sejarah Jemparingan, Olahraga Panahan yang Ada Sejak Sri Sultan HB I
Sebab, bagi mereka, jemparingan bukan sekadar soal siapa yang paling tepat membidik sasaran, melainkan siapa yang paling mampu menundukkan ego dan mendengarkan suara jiwa.
Sementara, Ina Yaturohmah dari Tasikmalaya, menilai ajang ini memperkuat semangat kebersamaan.
“Kami datang dari Jawa Barat, latihan setiap minggu. Selain melestarikan budaya, ini juga jadi ajang silaturahmi dan wisata budaya yang menarik,” katanya.
Bagi Dinas Pariwisata, kegiatan ini bukan hanya pelestarian budaya, tetapi juga strategi promosi wisata.
Ribuan peserta dan penonton dari luar daerah memberikan dampak ekonomi nyata bagi pelaku UMKM setempat.
Kemeriahan Gladhen Hageng Jemparingan Nasional 2025 di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.Dampak selanjutnya harapannya tumbuh hingga ke desa wisata-desa wisata yang ada di Kon Progo.
“Di berbagai desa wisata nanti akan ada komunitas jemparingan. Wisatawan bisa mencoba jemparingan bahkan menjadi atlet,” ujar Sutarman.
Baca juga: Jemparingan, Olahraga Memanah Tradisional Digemari di Berbagai Daerah
Perwakilan MURI, Sri Widayati, menyebut rekor kali ini tergolong spektakuler. Sebelumnya rekor jemparingan terbanyak hanya 371 peserta pada 2013. Sekarang mencapai 1.474 peserta. Hasil ini tercatat sebagai rekor dunia MURI ke-12.476.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang