Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jemparingan Nasional di Kulon Progo, Panahan Gaya Mataram Jadi Daya Tarik Wisata Budaya

Kompas.com - 26/10/2025, 19:31 WIB
Dani Julius Zebua,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Ribuan peserta dari berbagai daerah di Indonesia memadati Alun-Alun Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), untuk mengikuti Geladen Ageng Jemparingan (panahan tradisional) Nasional, Minggu (27/10/2025).

Jemparingan ajang pelestarian budaya panahan tradisional bergaya Mataram yang sekaligus jadi salah satu kemeriahan Kulon Progo merayakan Hari Jadi ke-74.

Sebanyak 1.474 peserta tercatat mengikuti ajang ini, menjadikannya rekor baru Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk kategori peserta jemparingan terbanyak.

Baca juga: Jemparingan, Olahraga Panahanan Khas Kerajaan Mataram

Tak hanya itu, tahun ini penyelenggaraan juga menorehkan catatan baru lewat sistem pendaftaran digital pertama untuk peserta jemparingan.

“Tahun ini peserta mendaftarkan diri secara online ya. Kemudian, kelompoknya dihitung jumlahnya sampai kemarin saja tergitung 1.474. Harapannya semua mengikuti,” ujar Sutarman, Penjabat Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo.

Jemparingan (panahan tradisional yang berasal dari lingkungan Keraton Yogyakarta) memiliki gaya khas.

Dalam jemparingan, pemanah tidak berdiri tegak seperti atlet modern. Mereka duduk bersila di tanah, memegang busur yang disebut gandewa, dan melepaskan anak panah (jemparing) menuju sasaran berupa bandul yang berjarak sekitar 30 meter.

Pesertanya sekelompok orang yang bersila sambil mengenakan pakaian tradisional lengkap dengan beskap, jarit, kaki berbalut sandal selop dan blangkon di kepala. 

Filosofi jemparingan

Inilah jemparingan, seni memanah tradisional Jawa yang tak sekadar olahraga, tetapi juga laku spiritual dan filosofi hidup.

Bagi masyarakat Jawa, jemparingan bukan hanya soal ketepatan membidik sasaran. Ia adalah cara untuk ngraoske urip (merasakan hidup dengan tenang, penuh kesadaran).

Kemeriahan Gladhen Hageng Jemparingan Nasional 2025 di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Kemeriahan Gladhen Hageng Jemparingan Nasional 2025 di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Karena keistimewaan ini jadi diharapkan bisa nguri-nguri (melestarikan) budayanya. Karena kan sebenarnya juga jemparingan itu dulunya dilakukan oleh prajurit keraton gitu ya," kata Sutarman.

Kini, olahraga tradisional ini telah berkembang luas di berbagai daerah, mulai dari Yogyakarta, Solo, hingga luar Jawa. Pemerintah Kulon Progo menggelar ajang ini sebagai bentuk kebanggaan terhadap budaya dan sekaligus promosi wisata daerah.

Geladen tahun ini diikuti kontingen dari berbagai wilayah Nusantara, menunjukkan luasnya penyebaran jemparingan.

Baca juga: Awal Mula Jemparingan, Seni Memanah Khas Keraton Yogyakarta

“Awalnya dari Yogyakarta, meliputi empat kabupaten dan satu kota, lalu dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, hingga Bali,” tutur Sutarman.

Bagi sebagian peserta, jemparingan bukan sekadar olahraga, tetapi juga cara untuk nguri-uri kabudayan—melestarikan budaya sekaligus menata batin.

Halaman:


Terkini Lainnya
Gratis Piknik Malam Lihat Supermoon di Planetarium Jakarta, Ini Caranya
Gratis Piknik Malam Lihat Supermoon di Planetarium Jakarta, Ini Caranya
Travelpedia
FOTO: Museum Arkeologi Terbesar di Dunia yang Baru Buka di Mesir
FOTO: Museum Arkeologi Terbesar di Dunia yang Baru Buka di Mesir
Travel News
Lift Kaca dan Bayangan Pembangunan di Tebing Bali
Lift Kaca dan Bayangan Pembangunan di Tebing Bali
Travel News
Saat Bromo Tak Sekadar Menawarkan Pemandangan, tapi Juga Cerita Hidup
Saat Bromo Tak Sekadar Menawarkan Pemandangan, tapi Juga Cerita Hidup
BrandzView
Wings Air Buka Rute Nabire-Biak PP, Terbang Dua Kali Seminggu
Wings Air Buka Rute Nabire-Biak PP, Terbang Dua Kali Seminggu
Travel News
Daftar Lengkap Cuti Bersama 2026, dari Imlek hingga Natal
Daftar Lengkap Cuti Bersama 2026, dari Imlek hingga Natal
Travel News
Patung Hachiko di Tokyo, Kisah Anjing Paling Setia di Dunia yang Bikin Haru Wisatawan
Patung Hachiko di Tokyo, Kisah Anjing Paling Setia di Dunia yang Bikin Haru Wisatawan
Travelpedia
Arab Saudi Kurangi Masa Berlaku Visa Umrah, Kini Hanya 1 Bulan
Arab Saudi Kurangi Masa Berlaku Visa Umrah, Kini Hanya 1 Bulan
Travel News
Keraton Yogyakarta Setop Pentas Gamelan Wisata hingga Pemakaman PB XIII
Keraton Yogyakarta Setop Pentas Gamelan Wisata hingga Pemakaman PB XIII
Travel News
Mesir Buka Grand Egyptian Museum, Ada 5.000 Koleksi Firaun Tutankhamun
Mesir Buka Grand Egyptian Museum, Ada 5.000 Koleksi Firaun Tutankhamun
Travel News
Awas Pungli, Retribusi Masuk Kawasan Wisata Cibodas Masih Gratis
Awas Pungli, Retribusi Masuk Kawasan Wisata Cibodas Masih Gratis
Travel News
Pembangunan Lift Kaca Kelingking Beach Disetop Sementara, Dipasang Garis Polisi
Pembangunan Lift Kaca Kelingking Beach Disetop Sementara, Dipasang Garis Polisi
Travel News
Dihadang Angkutan Umum, Transjakarta Hentikan Sementara Rute Pulogadung–Kampung Melayu
Dihadang Angkutan Umum, Transjakarta Hentikan Sementara Rute Pulogadung–Kampung Melayu
Travel News
3 Karya Budaya Wonosobo Masuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2025
3 Karya Budaya Wonosobo Masuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2025
Travel News
Libur Akhir Tahun, Waspada Puncak Musim Hujan dan Baca Tips Ini
Libur Akhir Tahun, Waspada Puncak Musim Hujan dan Baca Tips Ini
Travel News
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau