Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima Tahun Reformasi Dikorupsi, Catatan Hitam Represivitas Aparat...

Kompas.com - 27/09/2024, 15:30 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tragedi Reformasi Dikorupsi menambah catatan September Hitam, yang menggambarkan represivitas aparat dan buruknya pemerintah merespons suara rakyat.

Serangkaian aksi mulai 23-30 September 2019 tersebut menjadi salah satu aksi mahasiswa terbesar setelah Reformasi 1998.

Aksi berlangsung di berbagai kota besar di Indonesia, seperti Malang, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Semarang dan Surakarta.

Ada pula Makassar, Palembang, Medan, Denpasar, Kendari, Tarakan, Samarinda, Banda Aceh, dan Palu.

Mahasiswa, pelajar, dan lapisan warga lainnya menyampaikan mosi tak percaya kepada DPR.

Salah satu tuntutan aksi yang disorot yakni rasa tidak puas terhadap parlemen yang tidak acuh dengan kritik masyarakat atas revisi UU KPK, yang kemudian disahkan DPR. Mereka merasa reformasi telah dikorupsi.

Tujuh tuntutan

Jelang akhir masa jabatan anggota DPR 2014-2019, warga memprotes berbagai produk legislasi yang tidak berpihak pada rakyat.

Sejumlah RUU dikebut di tengah berbagai kecaman karena dinilai mengganggu kebebasan sipil, hanya menguntungkan segelintir elite, melanggengkan praktik privatisasi, dan mengancam lingkungan hidup.

Keresahan itulah yang berusahan disuarakan dalam aksi Reformasi Dikorupsi.

Tidak hanya turun ke jalan, kampanye di media sosial dengan tagar #ReformasiDikorupsi menjadi trending berhari-hari.

Terdapat tujuh poin tuntutan yang disuarakan dalam Reformasi Dikorupsi, meliputi:

  1. Cabut dan kaji ulang RKUHP, RUU Pertambangan Minerba, RUU Pertanahan, RUU Pemasyarakatan, RUU Ketenagakerjaan, dan RUU SDA; Terbitkan Perppu KPK; Sahkan RUU PKS dan PRT
  2. Batalkan Pimpinan KPK bermasalah pilihan DPR
  3. Tolak TNI-Polri menempati jabatan sipil
  4. Stop militerisme di Papua dan daerah lain, bebaskan tahanan politik Papua segera, serta membuka akses jurnalis di tanah Papua
  5. Hentikan kriminalisasi aktivis dan jurnalis
  6. Hentikan pembakaran hutan di Indonesia yang dilakukan oleh korporasi dan pidanakan korporasi pembakaran hutan serta cabut izinnya
  7. Tuntaskan pelanggaran HAM dan adili penjahat HAM termasuk yang duduk di lingkaran kekuasaan, pulihkan hak-hak korban segera.

Tindakan represif aparat

Pesta demokrasi rakyat justru direspons dengan tindakan represif.

Berdasarkan catatan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, kepolisian menangkap sedikitnya 1.489 orang dalam demonstrasi Reformasi Dikorupsi pada 24-30 September 2019.

Dari jumlah tersebut, sedikitnya 380 orang ditetapkan sebagai tersangka.

Aksi memang diwarnai kericuhan antara aparat dan peserta aksi.

Video yang beredar di media sosial menunjukkan dengan jelas polisi memukul, menendang, dan menggunakan benda tajam ke arah demonstran.

Dilansir pemberitaan Kompas.com sebelumnya, di Jakarta, sekitar 90 demonstran dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP).

Tiga di antaranya mengalami luka serius pada bagian kepala dan membutuhkan perawatan intensif.

Kejadian serupa juga terjadi di kota lainnya. Kontras mencatat, aksi kebrutalan aparat menyebabkan lima orang masa aksi meninggal dunia.

Mereka adalah Immawan Randi dan Yusuf Kardawi, mahasiswa Universitas Halu Oleo; pemuda asal Tanah Abang, Maulana Suryadi atau Yadi; serta dua pelajar, Akbar Alamsyah dan Bagus Putra Mahendra.

Randi dan Yusuf meninggal pada 26 September 2019. Kompas.commencatat, Randi meninggal setelah terkena tembakan di ketiak kiri yang tembus ke dada kanan. Sementara Yusuf mengalami luka berat di kepala.

Kasus Randi telah selesai di pengadilan. Terpidana adalah Brigadir Abdul Malik. Ia divonis 4 tahun penjara.

Namun, kasus Yusuf belum tuntas dan pelakunya belum diketahui.

Adapun Yadi meninggal karena terpapar gas air mata saat demo di sekitar gedung DPR RI pada 25 September 2019. Ia mengalami asma akibat gas air mata, lalu meninggal dunia.

Tim Forensik Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur memastikan tidak ada tanda kekerasan pada jasad Yadi.

Akbar mendapat luka di kepala dan ditemukan di trotoar di kawasan Slipi, Jakarta Barat pada 26 September 2019.

Ia sempat dirawat, tetapi meninggal pada 10 Oktober 2019.

Sementara Bagus tewas akibat ditabrak truk trailer di Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara pada 25 September 2019 ketika hendak mengikuti aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR RI.

Lima tahun berlalu setelah serangkaian aksi Reformasi Dikorupsi.

Aksi ini berhasil memaksa DPR RI menunda pengesahan sejumlah RKUHP, RUU Pertanahan, RUU Minerba, dan RUU Pemasyarakatan.

Namun penundaan itu belum dapat dikatakan sebagai keberhasilan akhir.

Pemerintah tetap meloloskan beberapa RUU kontroversial, seperti RUU KPK, RUU Sumber Daya Air, RUU MD3 dan RUU Perancangan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Cek Fakta Sepekan: Foto Keliru Affan Kurniawan | Hoaks 10 Brimob Tewas
Cek Fakta Sepekan: Foto Keliru Affan Kurniawan | Hoaks 10 Brimob Tewas
Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Manajemen Bantah Hotel Ritz-Carlton Mega Kuningan Dijual
[KLARIFIKASI] Manajemen Bantah Hotel Ritz-Carlton Mega Kuningan Dijual
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] PBB Gelar Sidang Darurat Membubarkan DPR RI
[HOAKS] PBB Gelar Sidang Darurat Membubarkan DPR RI
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Jokowi Tantang Para Demonstran Datang ke Rumahnya
[HOAKS] Jokowi Tantang Para Demonstran Datang ke Rumahnya
Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Ini Kostum Iron Man Karya Seniman Tulungagung, Bukan Jarahan Rumah Sahroni
[KLARIFIKASI] Ini Kostum Iron Man Karya Seniman Tulungagung, Bukan Jarahan Rumah Sahroni
Hoaks atau Fakta
SAFEnet Terima 16 Aduan Terkait Doxing Saat Demonstrasi Akhir Agustus 2025
SAFEnet Terima 16 Aduan Terkait Doxing Saat Demonstrasi Akhir Agustus 2025
Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Jenderal Israel Ditangkap Belanda atas Kejahatan Perang
INFOGRAFIK: Hoaks Jenderal Israel Ditangkap Belanda atas Kejahatan Perang
Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Rumah Sri Mulyani Dibakar Para Perusuh Usai Penjarahan
INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Rumah Sri Mulyani Dibakar Para Perusuh Usai Penjarahan
Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Kerumunan WNA Cemas di Bandara Saat Ingin Tinggalkan Indonesia
INFOGRAFIK: Hoaks Kerumunan WNA Cemas di Bandara Saat Ingin Tinggalkan Indonesia
Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Logo PKI yang Disita Polisi di Samarinda Tidak Terkait Demonstrasi Mahasiswa
[KLARIFIKASI] Logo PKI yang Disita Polisi di Samarinda Tidak Terkait Demonstrasi Mahasiswa
Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Megawati Menolak RUU Perampasan Aset?
CEK FAKTA: Benarkah Megawati Menolak RUU Perampasan Aset?
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] 10 Anggota Brimob Tewas akibat Demonstrasi Agustus 2025
[HOAKS] 10 Anggota Brimob Tewas akibat Demonstrasi Agustus 2025
Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Ini Bukan Pembagian Uang Hasil Jarahan dari Brankas Sahroni
[KLARIFIKASI] Video Ini Bukan Pembagian Uang Hasil Jarahan dari Brankas Sahroni
Hoaks atau Fakta
Koalisi Cek Fakta Peringatkan Adanya Narasi Propaganda dan Ketakutan
Koalisi Cek Fakta Peringatkan Adanya Narasi Propaganda dan Ketakutan
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pesan Berantai Peringatkan Aksi Petrus di Kabupaten Tangerang
[HOAKS] Pesan Berantai Peringatkan Aksi Petrus di Kabupaten Tangerang
Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau