Hal tersebut dapat menekan biaya rekrutmen dan seleksi pekerja baru. Namun, bagi pekerja, tantangan terbesar adalah menjaga kesehatan dan produktivitas di tengah ritme kerja yang terus berubah.
"Perusahaan hendaknya menyiapkan fasilitas kesehatan untuk menjaga kebugaran pekerja serta memiliki skema aging management atau manajemen pekerja senior yang lebih efektif," saran Prof Jusuf.
Dampak lain dari kebijakan ini adalah terbatasnya peluang kerja bagi generasi muda. Seperti milenial dan gen-z, karena tertundanya pensiun pekerja senior.
Oleh karena itu, pemerintah harus menambah lapangan pekerjaan untuk mencegah peningkatan angka pengangguran dan memanfaatkan bonus demografi yang ada.
"Dalam pergantian generasi di tempat kerja, generasi muda (generasi milenial dan gen-z) mendapat jatah kesempatan atau peluang bekerja yang lebih sempit alias terbatas karena tertundanya usia pensiun. Pemerintah harus mampu membuka lapangan kerja seluas mungkin agar jumlah pengangguran tidak meningkat," ungkapnya.
Baca juga: Soal Libur Sekolah Selama Ramadhan, Pakar Unair Beberkan Plus Minusnya
Selain itu, penting bagi pemerintah untuk memperketat aturan penggunaan tenaga asing. Sebaiknya pekerja asing hanya bekerja pada bidang-bidang yang memungkinkan alih teknologi dan pengetahuan, bukan bekerja sebagai tenaga kasar (blue collar).
"Kesempatan kerja semua jenis pekerjaan harus diutamakan bagi pekerja nasional atau lokal, bukan untuk tenaga kerja asing," tutup Prof Jusuf.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang