Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Arbelly, Alumnus Unair yang Gowes 4.000 Km sampai Italia

Kompas.com - 20/08/2025, 09:40 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Mahar Prastiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Usia Arbelly Noor tak lagi muda. Tetapi spirit lulusan Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga (Unair) tetaplah muda.

Arbelly Noor, mampu mengayuh sepeda atau gowes sejauh 4.000 km. Lulusan S2 Magister Manajemen UI (Universitas Indonesia) ini berpartisipasi dalam ajang #NorthCape4000.

Perjalanan yang ia mulai dari Italia hingga berakhir di Norwegia ini menjadi pembuktian tekad, disiplin, dan semangat pantang menyerah.

Arbelly menceritakan, kecintaannya pada olahraga telah tumbuh sejak kecil. Mulai dari bola, voli, hingga basket ia geluti secara intens sejak SMA.

 Baca juga: Beasiswa S2 LPDP ke Spanyol 2025, Bisa Pakai Duolingo

Peralihan ke sepeda terjadi pada masa pandemi tahun 2021, ketika lapangan basket di Jakarta ditutup.

“Awalnya lari, tapi bosan, lalu beralih ke sepeda. Dari situ saya mulai ikut berbagai trek pendek, hingga akhirnya menemukan tantangan di dunia ultra cycling,” ujarnya.

Ultra cycling yang Arbelly ikuti tergolong unsupported, artinya seluruh kebutuhan teknis, kesehatan, dan logistik ia tangani sendiri tanpa tim pendukung.

Sebelum mengikuti #NorthCape4000, ia telah menempuh berbagai event jarak jauh seperti Tur Surabaya-Mandalika (500-600 km) dan Bentang Jawa (1.500 km).

“Persiapannya butuh tujuh bulan. Latihan rutin 500-800 km per minggu, ditambah nutrisi dan istirahat cukup,” ungkapnya, dilansir dari laman Unair.

Hanya tidur 4-5 jam per hari

Perjalanan dari Italia menuju Norwegia membawanya melewati berbagai negara seperti Italia, Jerman, Chekoslowakia, Polandia, Swedia, Finlandia, dan Norwegia. Cuaca menjadi tantangan terbesar.

“Meski musim panas, anginnya bisa 45 km per jam dengan suhu 12–20 derajat. Bagi orang tropis seperti saya, ini cukup menguras tenaga,” jelasnya.

Keterbatasan suplai makanan juga menjadi persoalan tersendiri. Sebagian besar jalur yang ia tempuh melewati hutan tanpa warung atau minimarket.

Strateginya adalah membeli persediaan makanan dalam jumlah cukup saat memasuki kota kecil. Selain itu, waktu istirahat terbatas, hanya 4-5 jam tidur per hari.

Meski demikian, Arbelly mengaku terkesan dengan sikap masyarakat setempat.

“Disiplin, menghormati pesepeda, ramah, dan penuh kepercayaan. Saya pernah menginap di hotel tanpa resepsionis, kunci kamar hanya ditaruh di pintu. Di desa, banyak yang menawarkan hasil kebun atau minuman kepada pesepeda yang lewat,” jelasnya.

Ilustrasi bersepeda di malam hari. PEXELS/Isabelli Pontes Ilustrasi bersepeda di malam hari.

Target finish 20 Agustus

Sebagai alumnus Unair, Arbelly ingin menginspirasi generasi muda agar berani mengambil tantangan.

“Latihan tidak akan mengkhianati hasil. Jaga kesehatan sejak dini, karena tanpa tubuh yang sehat, sehebat apa pun kemampuan atau setinggi apapun cita-cita akan sulit tercapai,” tegasnya.

Ia menargetkan finish pada 20 Agustus dengan rata-rata kayuhan 160 km per hari.

“Semakin dekat ke lingkar Arktik, tantangan medan dan cuaca makin berat. Tapi saya yakin, selama fisik terjaga dan mental kuat, semuanya bisa diselesaikan,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau