KOMPAS.com - Universitas Gadjah Mada (UGM) baru saja mewisuda para lulusan S1, S2, sampai S3.
Pada wisudawan doktor (S3), rata-rata usia lulusan Program Doktor adalah 41 tahun 6 bulan 15 hari.
Tetapi, ada satu anak muda yang justru lulus S3 dengan usia 25 tahun. Sementara, usia 25 tahun saja masih banyak mahasiswa yang berjuang lulus jenjang S1.
Dialah Rizky Aflaha, mahasiswa Program Studi Doktor Fisika FMIPA UGM yang berhasil lulus dengan predikat doktor termuda di usia 25 tahun 10 bulan 1 hari.
Rizky bahkan mendapatkan gelar cumlaude. Pencapaian yang tak mudah bagi sebagian mahasiswa S3.
Terpaut hampir 16 tahun dari rata-rata usia lulusan doktor, pencapaian Rizky bukanlah hasil dari program akselerasi formal melainkan strategi dan pemanfaatan peluang beasiswa.
Baca juga: 15,9 Juta Anak Berpotensi Fatherless, Pakar UGM Ungkap Dampaknya
Rizky menjelaskan bahwa kunci utamanya adalah pemanfaatan beasiswa jalur cepat PMDSU setelah menyelesaikan studi sarjananya dalam 7 semester.
“Program magister hanya satu tahun dan doktor tiga tahun. Maka dari itu, saya dapat gelar lebih muda dibanding yang lain,” ungkapnya, dilansir dari laman UGM.
Menurut Rizky keberhasilannya lulus di usia muda dikarenakan mendaftar program akselerasi. Perjalanannya sebagai seorang peneliti muda bukan tanpa tantangan.
Ia mengaku sempat dipandang sebelah mata karena usianya yang terpaut jauh dari rekan-rekan. Namun, keraguan tersebut ia jawab tuntas dengan produktivitas akademik yang luar biasa.
Baca juga: Jokowi Hadiri Dies Natalis ke-62 Fakultas Kehutanan UGM, Rektor: Alumni Kebanggaan
“Awalnya sempat merasa dipandang sebelah mata karena masih muda. Sampai akhirnya perlahan-lahan aku mulai menunjukkan diri bahwa aku bisa dan alhamdulillah terhitung dari mulai studi doktor sampai hari ini sudah melahirkan 40 publikasi internasional, padahal syarat lulusnya hanya 2,” ungkapnya.
Di balik kesuksesannya, Rizky memberikan penghargaan tertinggi kepada promotornya, yakni Prof. Kuwat Triyana, Prof. Roto dan Dr. Aditya Rianjanu. Ia merasa sangat terbantu oleh bimbingan ketiganya.
“Beliau memberi arahan dari mulai hal-hal kecil, mulai dari membuat roadmap riset, desain riset, menulis jurnal internasional, sampai hal-hal seperti penyajian gambar yang bagus di jurnal.” tuturnya.
Rizky harus mengatur manajemen waktu dengan baik. “Aku tidak bermain game online dan tidak terlalu banyak menghabiskan waktu bermain sosmed sehingga aku mengalihkannya ke berbagai kegiatan, misalnya bulu tangkis, organisasi, dan naik gunung. Bahkan, sepertinya orang-orang di Jogja lebih mengenalku sebagai atlet bulu tangkis ketimbang mahasiswa doktor,” kelakarnya.
Ia menekankan pentingnya modal untuk selalu menumbuhkan sikap optimis dan percaya diri dengan melaksanakan tugas akademik dan riset.
“Kita hanya perlu percaya diri. Melalui percaya diri, kita akan banyak mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas lebih jauh. Sebaliknya, seberbakat apapun kita, kalau tidak percaya diri, maka tidak akan kemana-kemana.” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang