KOMPAS.com - Topik cemaran residu pestisida pada anggur impor ramai dibahas di media sosial belakangan ini.
Dibandingkan buah lainnya, anggur termasuk buah yang memiliki risiko residu pestisida paling tinggi. Mengapa?
Awang Maharijaya, Kepala Pusat Kajian Hortikultura Tropika Institut Pertanian Bogor (IPB), membenarkan hal tersebut.
Baca juga: Mengapa Anggur Shine Muscat Mahal?
"Anggur ini memang termasuk yang risiko tinggi. Buah yang dimakan langsung dengan kulitnya, termasuk anggur dan apel, potensi cemarannya tinggi kalau dibudi daya dengan kurang baik," jelas Awang saat dihubungi Kompas.com, Rabu (30/10/2024).
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa anggur memiliki karakteristik morfologis berupa kulit tipis dan jaringan buah yang lunak.
Jadi, tanaman anggur dianggap inang yang ideal bagi banyak patogen tanaman, terutama serangga dan ngengat.
Lihat postingan ini di Instagram
"Kerentanan ini memaksa petani untuk menerapkan strategi pengendalian hama yang intensif, termasuk penggunaan pestisida," kata Awang.
"Frekuensi aplikasi pestisida yang tinggi, ditambah dengan luas permukaan anggur yang besar, berpotensi meningkatkan akumulasi residu pestisida pada buah," lanjutnya.
Baca juga:
Sementara itu, integritas fisik anggur sangat mudah terganggu sehingga menyebabkan terjadinya luka mekanis atau memar.
Luka tersebut bakal menjadi jalan masuk bagi berbagai mikroorganisme patogen, seperti bakteri, yang dapat menyebabkan pembusukan pascapanen.
Akibatnya, petani sering kali memakai pestisida atau fungisida untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba patogen ini.
"Tekanan seleksi yang tinggi dari hama, penyakit, dan gangguan pascapanen mendorong petani untuk menerapkan praktik budidaya yang intensif, termasuk penggunaan pestisida dalam jumlah yang cukup besar," jelas Awang.
Baca juga:
"Hal ini pada akhirnya berdampak pada peningkatan risiko kontaminasi residu pestisida pada buah anggur," pungkasnya.