Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasokan Susu untuk MBG Masih Seret, Disebut jadi Masalah Nasional

Kompas.com - 08/09/2025, 19:21 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Inspektorat Utama Badan Gizi Nasional (BGN) RI Brigjen (Purn) Jimmy Alexander Adirman menyebut pasokan susu untuk Makan Bergizi Gratis (MBG) hingga saat ini masih seret.

Pasokan susu yang dibutuhkan untuk program MGB baru terpenuhi sekitar 20 hingga 30 persen dari total yang dibutuhkan.

"Susu akan menjadi kendala karena sampai hari ini sudah diprediksi bahwa susu itu terpenuhi hanya 20 persen. Kalau telur, daging mungkin masih (terpenuhi), tapi susu ini sudah menjadi masalah nasional bahwa kemampuan produsen susu kita baru di 20 sampai 30 persen maksimal," kata Jimmy.

Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam acara Silatnas I Tahun 2025, Gabungan Pengusaha Makan Bergizi Indonesia: MBG Masa Depan Indonesia Emas 2045 di Jakarta, Senin (8/9/2025).

Baca juga: 30.000 Dapur MBG Ditargetkan Akhir 2025, Pasokan Pangan Aman?

Maka dari itu, ia mengarahkan para pengusaha makan bergizi gratis untuk mensiasati keterbatasan pasokan susu tersebut. Supaya, jumlah nutrisi yang dibutuhkan per hari tetap terpenuhi.

"Silakan teman-teman pengusaha makan bergizi GAPEMBI (Gabungan Pengusaha Makan Bergizi Indonesia) ini mensiasati bagaimana caranya berapa kali seminggu susunya, kemudian kekurangan susu itu ditutup dengan apa, sehingga jumlah kalori yang dibutuhkan per hari itu gramasinya tetap terpenuhi," ujar Jimmy.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Deputi Tata Kelola BGN RI Ermia Sofiyessi mengatakan, pemenuhan pasokan susu untuk MBG butuh kerjasama antar stakeholder terkait.

Inspektorat Utama Badan Gizi Nasional (BGN) RI Brigjen (Purn) Jimmy Alexander Adirman saat acara Silatnas I Tahun 2025, Gabungan Pengusaha Makan Bergizi Indonesia: MBG Masa Depan Indonesia Emas 2045 di hotel Ashley Jakarta Wahid Hasyim, Senin (8/9/2025).Kompas.com/ Suci Wulandari Putri Inspektorat Utama Badan Gizi Nasional (BGN) RI Brigjen (Purn) Jimmy Alexander Adirman saat acara Silatnas I Tahun 2025, Gabungan Pengusaha Makan Bergizi Indonesia: MBG Masa Depan Indonesia Emas 2045 di hotel Ashley Jakarta Wahid Hasyim, Senin (8/9/2025).

Saat ini, katanya, Kementerian Pertanian juga sedang mengupayakan pemenuhan susu untuk MBG.

"Kita tahu belum tentu semua daerah itu penghasil susu. Makanya kita upayakan ada mungkin daerah-daerah yang diciptakan untuk bisa menghasilkan susu gitu dengan mengalokasikan sapi," kata Ermia saat ditemui di kesempatan yang sama.

Opsi lainnya, sambung Ermia, setidaknya ada teknologi yang dihibridkan agar susu bisa lebih tahan lama.

Sebagai informasi, pemerintah menargetkan ada sebanyak 30.000 dapur MBG beroperasi di seluruh Indonesia hingga akhir tahun 2025.

Baca juga: Penyebab Banyak Kasus Keracunan MBG, BPOM: Ada Cemaran Mikrobiologi

Kata Jimmy, hingga saat ini, total ada 7.300 dapur MBG yang siap dioperasionalkan, sementara sekitar 15.000 dapur tambahan sudah siap diverifikasi.

Sementera itu, pada akhir November ditargetkan akan ada sekitar 25.000 titik dapur MBG yang sudah aktif.

Dari total target 30.000 dapur MBG, katanya, sekitar 6.000 dapur ditargetkan untuk daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).

Berikut data kebutuhan pangan untuk satu dapur MBG dalam satu bulan, yang dipaparkan oleh Jimmy. Rincian pangan ini diporsikan untuk 3.000 hingga 4.000 penerima manfaat.

  • Beras 3000 kilogram per bulan
  • Telur 12.000 butir per bulan
  • Minyak 1.100 liter per bulan
  • Ikan 1.700 kilogram per bulan
  • Daging 2.200 kilogram per bulan
  • Sayur 2.100 kilogram per bulan
  • Buah 3.100 kilogram per bulan
  • Susu 4.000 kotak per bulan


Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau