Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberapa Kuat Pasukan Korea Utara yang Konon Dikerahkan ke Perang Rusia-Ukraina?

Kompas.com - 23/11/2024, 15:04 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

PYONGYANG, KOMPAS.com - Ketika rumor kali pertama muncul pada Oktober silam bahwa pasukan Korea Utara akan mulai mendukung Rusia dalam perang melawan Ukraina, belum jelas apa peran mereka dalam perang yang berkecamuk tersebut.

Kala itu, mereka diprediksi hanya ditugaskan untuk peran non-tempur, mengingat kurangnya pengalaman mereka di medan perang.

Namun, setelah AS dan Ukraina mengungkap fakta bahwa pasukan Korea Utara terlibat langsung dalam pertempuran dengan tentara Ukraina, peran mereka dalam perang itu kemudian jadi sorotan.

Baca juga: AS Konfirmasi Tentara Korea Utara Mulai Terlibat Operasi Tempur Bersama Pasukan Rusia

Jumlah pasukan Korea Utara yang dikerahkan—semula diperkirakan sebanyak 11.000 orang oleh Pentagon—diperdebatkan.

Menurut Bloomberg, sumber yang tak disebutkan namanya meyakini Pyongyang telah mengerahkan sebanyak 100.000 tentara.

Namun, informasi yang akurat sulit diperoleh karena Moskwa dan Pyongyang belum menanggapi secara langsung laporan ini.

Jadi apa yang kita ketahui tentang kehadiran pasukan Korea Utara di Rusia?

Seberapa efektif pasukan ini?

Singkatnya, sulit untuk dipastikan.

Negara yang tertutup itu mungkin memiliki salah satu pasukan militer terbesar di dunia, dengan 1,28 juta tentara aktif.

Namun, tak seperti militer Rusia, Tentara Rakyat Korea tidak memiliki pengalaman terkini dalam operasi tempur.

Mark Cancian dari Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), meyakini tentara Pyongyang “sangat terindoktrinasi, tetapi memiliki kesiapan tempur yang rendah”.

Meskipun demikian, menurutnya, mereka tidak dapat dianggap remah.

Badan intelijen Ukraina dan Korea Selatan mengatakan bahwa banyak pasukan yang dikerahkan ke Rusia merupakan pasukan terbaik Pyongyang.

Mereka diambil dari Korps ke-11, yang juga dikenal sebagai Korps Badai—sebuah unit yang dilatih untuk melakukan infiltrasi, sabotase infrastruktur, dan pembunuhan.

Tentara-tentara ini “dilatih untuk menahan rasa sakit fisik dan penyiksaan psikologis yang berat”, kata Michael Madden, pakar Korea Utara dari Stimson Center di Washington.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau