Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilu Singapura Digelar, Partai Berkuasa Diuji di Tengah Ketimpangan Sosial

Kompas.com - 03/05/2025, 14:57 WIB
Albertus Adit

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com – Warga Singapura memberikan suara dalam pemilu yang digelar Sabtu (3/5/2025) hari ini, di tengah kekhawatiran atas memburuknya kondisi ekonomi dan ketimpangan sosial.

Pemilu kali ini menjadi ujian bagi dominasi Partai Aksi Rakyat (People’s Action Party/PAP), yang telah berkuasa sejak 1959.

Saat tempat pemungutan suara pada pemilu Singapura dibuka pada pagi hari, antrean panjang terlihat di berbagai lokasi, meskipun hujan deras mengguyur sejumlah wilayah.

Baca juga: Singapura Akui Perlambatan Ekonomi Besar-besaran Tak Terhindarkan

Pemungutan suara ditutup pukul 20.00 waktu setempat, dan hasil akhir diperkirakan akan diumumkan lewat tengah malam.

Stabilitas politik di tengah gejolak global

Seperti pemilu lima tahun lalu yang berlangsung di tengah pandemi Covid-19, pemilu tahun ini juga digelar dalam suasana ketidakpastian global.

Kali ini, tantangan datang dari perubahan tatanan perdagangan internasional, yang dipicu oleh kebijakan proteksionis presiden AS saat ini, Donald Trump.

PAP diperkirakan masih akan mempertahankan kekuasaannya, tetapi sorotan tertuju pada besaran dukungan suara yang mereka dapatkan.

Dalam pemilu sebelumnya tahun 2020, partai itu mencatatkan perolehan suara mendekati titik terendah dalam sejarah, meski tetap meraih mayoritas.

“Ketika Anda memiliki oposisi di parlemen, suara alternatif Anda didengar oleh pemerintah,” ujar Pritam Singh, pemimpin Partai Pekerja, dalam rapat umum pertamanya pekan lalu, dikutip dari The New York Times.

Singh menegaskan, partainya tidak berniat membentuk pemerintahan, tetapi ingin menciptakan sistem politik yang lebih seimbang.

Baca juga: Mantan Menteri Singapura yang Dipenjara Akan Jalani Sisa Hukuman sebagai Tahanan Rumah

Kekecewaan warga atas biaya hidup

Kritik terhadap PAP kian menguat, terutama karena melonjaknya biaya hidup. Rapat umum yang digelar Partai Pekerja menarik ribuan warga, menunjukkan besarnya minat terhadap suara alternatif.

“Seperti banyak warga Singapura, saya ingin melihat perdebatan yang lebih kuat di parlemen, dengan lebih banyak perwakilan dari berbagai suara,” kata Steven Yeong (54), warga yang menganggur selama enam bulan terakhir.

Yeong juga menyoroti kebijakan tenaga kerja asing yang menurutnya memperketat persaingan lapangan kerja.

“Pemerintah terlalu mempermudah orang asing terdidik untuk bersaing mendapatkan pekerjaan dengan kami,” ujarnya.

Ujian perdana untuk PM Lawrence Wong

Ini adalah pemilu pertama yang dijalani Perdana Menteri Lawrence Wong, yang menjabat tahun lalu menggantikan Lee Hsien Loong.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau