TEL AVIV, KOMPAS.com - Sedikitnya 42 Warga Negara Indonesia (WNI) yang melakukan ziarah keagamaan dilaporkan masih berada di Tel Aviv setelah Bandara Ben Gurion ditutup menyusul memanasnya perang Israel-Iran pada Jumat (13/6/2025).
Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Judha Nugraha, mengatakan perwakilan diplomatik di Yordania tengah memberikan asistensi agar puluhan WNI itu bisa keluar dari Israel melalui jalan darat.
"Para WNI itu seharusnya keluar lewat Tel Aviv, tetapi tidak bisa karena bandara ditutup. Mereka sedang dibantu KBRI Amman untuk melintas ke Yordania," ujar Judha Nugraha kepada BBC News Indonesia pada Minggu (15/6/2025).
Baca juga: Rangkuman Perang Israel-Iran Hari Keempat: Korban Meningkat, Ini Jumlahnya
Saat ini, Kemenlu mencatat ada 187 WNI yang berada di seluruh wilayah Israel. Menurut Judha, sebagian besar dari mereka berada di Aravah di selatan Israel.
Pemerintah Indonesia, sambung Judha, sudah mengimbau agar para WNI yang memiliki rencana perjalanan ke Israel dan Palestina termasuk untuk kunjungan ziarah, agar menunda niat mereka.
"Sejak tahun lalu, wilayah Palestina dan Israel sudah ditetapkan Siaga 1 [level tertinggi kewaspadaan] oleh KBRI Amman," tegasnya.
Adapun di Iran, menurut Judha, KBRI Teheran sudah menetapkan status Siaga 2 sejak April 2024.
Kemenlu mencatat ada 386 WNI yang tersebar di 11 kota di Iran. Mayoritas dari jumlah tersebut berstatus sebagai pelajar di kota Qom sebanyak 258 orang.
"Terbesar kedua di Teheran, ada sekitar 90 WNI termasuk pelajar, pekerja migran, dan staf KBRI berikut keluarga mereka," tutur Judha.
Pada Jumat (13/6/2025), pemerintah Israel menutup bandara mereka setelah melancarkan sejumlah serangan ke Iran dalam Operasi Rising Lion yang menyasar fasilitas nuklir Iran, militer, dan area berpenduduk.
Israel mengeklaim serangan dilakukan atas dasar keselamatan karena Iran dituding terus mengembangkan nuklir.
Iran mulai membalas serangan itu pada Jumat (13/6/2025) malam melalui gempuran drone dan rudal balistik. Hingga berita ini diturunkan, gelombang serangan dari masing-masing negara masih terus berlangsung.
Baca juga: Kepanikan di Iran: Warga Mulai Mengungsi dan Timbun Bahan Pokok
BBC News Indonesia sudah menghubungi sejumlah warga Indonesia yang berada di Iran untuk menceritakan kondisi mereka di sana, tetapi mereka memilih bungkam karena isu yang sensitif.
Tak hanya itu saja, jaringan internet setempat juga dilaporkan tidak stabil dan sangat lambat.
Dalam siaran pers pada Jumat, Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) Iran mengimbau para WNI untuk saling mengingatkan satu sama lain terkait imbauan KBRI Teheran dan Kemenlu serta saling menjaga komunikasi.
Selain itu, mereka juga meminta agar para WNI di Iran untuk saling menenangkan dan tidak panik dalam kondisi apa pun agar memudahkan koordinasi dan melancarkan segala proses yang dilakukan KBRI Teheran dan Kemenlu.
IPI Iran juga mengingatkan agar para WNI untuk melakukan pengecekan di grup WNI di platform WhatsApp.
Pihak IPI Iran mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya para korban sipil dan tokoh penting Iran dalam serangan Israel.
Pihak IPI juga mengecam dan mengutuk serangan Israel sekaligus mengecam PBB yang mereka sebut "diam seribu bahasa" atas serangan Israel.
Sementara itu, Judha mengatakan pihaknya terus berkomunikasi dengan WNI-WNI di Iran.
"Saya sampaikan bahwa para WNI kita dalam keadaan baik, tidak ada yang menjadi korban dari serangan Israel," ujar Judha.
"Serangan yang dilakukan Israel saat menyasar instalasi-instalasi militer dan juga kepada beberapa petinggi dari Iran. Tapi tentu kita mengantisipasi bahwa eskalasi ini dapat lebih memburuk," imbuh dia.
Berdasarkan pengamatan dari KBRI Teheran, kata Judha, situasi di Teheran masih terlihat normal meski terlihat antrean BBM yang cukup panjang di beberapa tempat.
"Tapi tidak ada panic buying. Kegiatan dan kehidupan masyarakat masih berjalan dengan normal," ujar Judha.
Pernyataan Judha ini selaras dengan laporan IPI Iran yang menyebut laporan sejumlah WNI di kota-kota besar Iran mengatakan tidak ada perubahan yang signifikan setelah serangan Israel.