WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Gedung Putih pada Senin (16/6/2025) kembali menegaskan, pasukan Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah tetap berada dalam posisi defensif meski perang Israel-Iran memanas.
Penegasan ini muncul di tengah peningkatan kekuatan militer AS di kawasan tersebut, termasuk pemanggilan kapal induk USS Nimitz dari misinya di Asia Tenggara, dan peringatan mengejutkan dari Presiden Donald Trump untuk mengevakuasi Teheran.
Peringatan singkat Trump melalui media sosial, yang tanpa disertai rincian lebih lanjut, sempat memicu spekulasi luas bahwa AS mungkin akan bergabung dengan Israel dalam melancarkan serangan ke Iran.
Baca juga: Israel-Iran Memanas, Kapal Perang AS Menuju Timur Tengah
Kecurigaan ini kian menguat setelah adanya pengumuman, Trump pulang lebih awal dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Kanada untuk kembali ke Gedung Putih.
Sebelumnya pada hari yang sama, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengumumkan melalui akun X (sebelumnya Twitter) bahwa ia "mengarahkan pengerahan tambahan" pada akhir pekan lalu ke Timur Tengah.
"Melindungi pasukan AS adalah prioritas utama kami dan pengerahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan postur pertahanan kami di kawasan tersebut," tulis Hegseth.
Pernyataan Hegseth di media sosial tersebut muncul setelah kapal induk USS Nimitz meninggalkan Asia Tenggara pada Senin, serta di tengah laporan mengenai puluhan pesawat militer AS yang sedang menuju Atlantik.
Seorang pejabat pertahanan AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengonfirmasi bahwa Hegseth memang memerintahkan Grup Serangan Kapal Induk Nimitz untuk bergerak ke Timur Tengah.
Baca juga: Kenapa Iran Bisa Serang Israel meski Digempur Rudal Bertubi-tubi?
Tujuan pengerahan ini, menurut sumber tersebut, adalah untuk mempertahankan postur pertahanan dan melindungi personel Amerika.
Pergerakan salah satu kapal perang terbesar di dunia ini terjadi pada hari keempat perang yang semakin memanas antara Israel dan Iran, yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda meskipun telah muncul seruan internasional untuk de-eskalasi.
Adapun spekulasi kepulangan dini Trump langsung dibantah oleh pejabat Gedung Putih dan Pentagon.
Mereka kembali menegaskan bahwa posisi pasukan AS di wilayah tersebut tidak berubah dan tetap dalam mode "defensif".
Juru bicara Gedung Putih, Alex Pfeiffer, menanggapi unggahan di media sosial yang mengeklaim AS menyerang Iran.
"Ini tidak benar," tegas Pfeiffer, dikutip dari kantor berita AFP.
"Pasukan Amerika mempertahankan posisi defensif mereka, dan itu tidak berubah," lanjutnya.
Senada dengan Pfeiffer, Hegseth dalam wawancara dengan Fox News yang disiarkan televisi juga menyatakan, "Kami diposisikan secara defensif di kawasan tersebut, untuk menjadi kuat, dalam mengejar kesepakatan damai, dan kami tentu berharap itulah yang terjadi di sini."
Baca juga: Rudal Iran Lolos Lagi, Hantam Kilang Minyak Israel
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini