TEHERAN, KOMPAS.com - Iran telah mengganti sistem pertahanan udaranya yang rusak dalam perang melawan Israel bulan lalu.
Hal tersebut disampaikan Wakil Kepala Operasi Angkatan Bersenjata Iran Mahmoud Mousavi sebagaimana dikabarkan Defah Press.
Dalam perang Iran-Israel pada Juni, angkatan udara Israel mendominasi wilayah udara Iran dan memberikan pukulan telak bagi sistem pertahanan udara negara itu.
Baca juga: Warga Iran Gelisah, Takut Perang Meletus Lagi meski Masih Gencatan Senjata
Sedangkan angkatan bersenjata Iran melancarkan rentetan rudal dan drone berturut-turut ke wilayah Israel.
"Beberapa sistem pertahanan udara kami rusak, ini bukan sesuatu yang bisa kami sembunyikan," kata Mousavi, sebagaimana dilansir Reuters, Minggu (20/7/2025).
"Tetapi rekan-rekan kami telah menggunakan sumber daya domestik dan menggantinya dengan sistem yang telah disiapkan sebelumnya yang disimpan di lokasi yang sesuai untuk menjaga keamanan wilayah udara," lanjut Mousavi.
Meski demikian, laporan tersebut tidak merinci sistem pertahanan apa yang akan dipakai untuk mengganti yang rusak.
Sebelum perang, Iran memiliki sistem pertahanan udara jarak jauh buatan dalam negeri Bavar-373 dan S-300 buatan Rusia.
Baca juga: Iran Laporkan Dugaan Kejahatan Perang Israel ke Dewan Keamanan PBB
Laporan Defah Press, tidak menyebutkan impor sistem pertahanan udara buatan luar negeri ke Iran dalam beberapa minggu terakhir.
Usai perang Iran-Israel, Teheran kemudian memamerkan pertahanan udara buatan Rusia dalam latihan militer untuk menunjukkan negara itu pulih dari perang.
Israel memulai perang selama 12 hari dengan Iran setelah meluncurkan serangan udara besar-besaran pada 13 Juni.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kala itu mengatakan, serangan tersebut dimaksudkan untuk melumpuhkan senjata nuklir Iran.
Serangan Israel tersebut juga menewaskan para perwira tinggi militer Iran dan sejumlah ilmuwan nuklir.
Baca juga: Khamenei Ungkap Tujuan Terselubung Serangan Israel ke Iran
Iran pun langsung membalas serangan Israel dengan serentetan serangan rudal.
Setelah itu, kedua belah pihak saling jual-beli serangan selama lebih dari sepekan. Korban berjatuhan dari kedua belah pihak.
AS melibatkan diri dalam perang dengan melancarkan serangan udara pada Minggu (22/6/2025) dini hari ke tiga situs nuklir Iran.
Situasi semakin rumit, dan Presiden AS Donald Trump mengancam akan menyerang Iran lebih kuat jika tidak mau menyerah.
Pada 24 Juni, Trump mengumumkan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk gencatan senjata yang kemudian dikonfirmasi oleh kedua belah pihak.
Baca juga: Jet F-15 Israel Hampir Gagal Serang Iran, Rusak Saat Masuk Perbatasan
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini