Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pangkalan Militer AS Berdarah, Sersan Tembak 5 Rekannya Sendiri

Kompas.com - 07/08/2025, 09:34 WIB
Inas Rifqia Lainufar

Penulis

GEORGIA, KOMPAS.com — Seorang sersan Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) dilaporkan melepaskan tembakan ke arah lima rekan satu unitnya di pangkalan militer Fort Stewart, Georgia, pada Rabu (6/8/2025).

Akibat insiden tersebut, lima tentara terluka, dan segera dilarikan ke rumah sakit. Saat ini, kelima orang tersebut dalam kondisi stabil, di mana tiga di antaranya telah menjalani operasi.

Dikutip dari BBC, pelaku penembakan diidentifikasi sebagai Sersan Quornelius Radford (28), anggota aktif dari Tim Tempur Brigade ke-2 Divisi Infanteri ke-3. Ia disebut menggunakan pistol pribadi—bukan senjata militer—untuk menyerang sesama prajurit di dalam kompleks markas.

Baca juga: Motif Penembakan Massal di Bangkok, Pelaku Dendam ke Sekuriti Pasar

"Pelaku langsung dilumpuhkan oleh prajurit lain yang tanpa ragu bereaksi cepat dan mencegah lebih banyak korban," ujar Brigadir Jenderal John Lubas, komandan Divisi Infanteri ke-3 dalam konferensi pers.

Radford kini ditahan dalam status pra-persidangan dan tengah diperiksa oleh penyidik kriminal militer.

Kepanikan dan pengamanan ketat

Fort Stewart, yang berada sekitar 65 km dari Savannah, langsung ditutup sekitar pukul 11 siang waktu setempat tak lama setelah insiden penembakan terjadi. Di tengah kekacauan, para tentara bergegas mencari perlindungan.

Shane Labbe, prajurit berusia 21 tahun yang bertugas sebagai mekanik tank, bersama beberapa rekannya berlindung di gudang senjata.

"Itu tempat teraman," kata ayahnya, Robert Labbe, yang sedang berada di Connecticut.

“Saya bilang, ‘Setidaknya kamu bisa membela diri kalau orang itu masuk,’” ucapnya.

Pesan misterius sebelum insiden

Sebelum penembakan, Radford mengirim pesan teks mencurigakan kepada bibinya.

Dalam pesan itu, menurut sang ayah, Eddie Radford, sang sersan menulis bahwa ia mencintai keluarganya dan “akan berada di tempat yang lebih baik karena akan melakukan sesuatu.”

“Itu sulit saya cerna,” kata Eddie Radford (52) kepada The New York Times.

“Saya tidak melihat ada yang janggal dari perilakunya belakangan ini,” tambahnya.

Baca juga: Penembakan Sekolah Austria Tewaskan 10 Orang, Pelaku Bunuh Diri

Namun, ayahnya menyebut bahwa Radford sempat mengeluhkan perlakuan rasial di Fort Stewart dan sedang mengajukan permintaan pindah.

Meski begitu, ia menegaskan bahwa putranya tidak memiliki riwayat gangguan mental serius, walau kadang mengalami depresi akibat kematian ibunya saat ia masih kecil.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau