Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jurus Jitu Cina Longgarkan Tarif Trump, Ampuh Buat AS Lunak

Kompas.com - 13/08/2025, 22:42 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Penulis: Nik Martin/DW Indonesia

BEIJING, KOMPAS.com - Setelah cukup lama diasingkan dari perdagangan global, China sekarang menjadi fokus Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk memperbaiki ulang hubungan dan mencegah perang tarif baru.

Pada April 2025, Trump menyatakan China sebagai ancaman terbesar bagi Amerika, dengan menyebut Beijing telah menipu ekonomi terbesar dunia selama puluhan tahun. Kemudian, Trump memberlakukan tarif besar-besaran hingga 145 persen terhadap produk China.

Namun, beberapa bulan kemudian, sikap Trump berubah. Dia memperpanjang jeda tarif untuk Beijing, memuji Presiden China Xi Jinping sebagai pemimpin yang kuat, dan bahkan mengusulkan ide KTT AS-China pada musim gugur 2025 ini.

Baca juga: Sama-sama Digempur Tarif AS, Brasil dan China Jadi Makin Mesra

Sementara, India dan Brasil justru menghadapi sanksi terberat, dengan tarif hingga 50 persen, sedangkan tarif China dibatasi pada angka yang lebih ringan, yakni 30 persen.

Ada sederet alasan Trump memberi kelonggaran pada China. Dia ingin menghindari lonjakan tarif menjelang musim belanja akhir tahun, saat para peritel AS mulai mengimpor barang dari China.

Trump juga sedang mengulur waktu untuk negosiasi kesepakatan dagang yang lebih luas, mencakup teknologi, energi, dan logam tanah jarang.

Menurut seorang profesor ekonomi di INSEAD Business School, Antonio Fatas, China adalah satu-satunya negara yang secara tegas menghadapi kebijakan agresif Washington. Dia menilai strategi Beijing membuat Trump kehilangan daya tawar.

"Sejak awal, sudah jelas bahwa China lebih siap daripada AS untuk menghadapi perang dagang besar-besaran. Konsekuensi ekonomi dari perang itu tidak bisa ditanggung oleh pemerintahan Trump," kata Fatas kepada DW.

Baca juga: Warga India Balas Tarif Trump, Ajak Boikot Produk AS

Senjata rahasia China

Dominasi China dalam produksi mineral tanah jarang menjadi kunci Xi Jinping. Logam tanah jarang merupakan bahan baku penting untuk kendaraan listrik hingga sistem kendali rudal. Industri AS sangat bergantung pada pasokan dari China, menjadikan mineral ini faktor penentu dalam perang dagang.

Setelah pengumuman tarif tinggi oleh Donald Trump pada April 2025, China memberlakukan pembatasan ekspor terhadap tujuh elemen tanah jarang dan magnet permanen, yang berdampak terhadap industri AS, termasuk sektor otomotif.

China, menguasai sekitar 60 persen produksi global dan hampir 90 persen proses pemurnian logam tanah jarang.

Merespons itu, Washington juga mendesak pembatasan akses China untuk chip canggih akal imitasi (AI), serta menekan Beijing agar mengurangi impor minyak dari Rusia, dengan ancaman sanksi sekunder berupa tarif lebih tinggi jika jumlah impor terus meningkat.

Baca juga: Akibat Tarif Trump, India Dikabarkan Tunda Pembelian Senjata AS

Di sisi lain, Trump mendesak China untuk meningkatkan pembelian kedelai AS hingga empat kali lipat, ini adalah sebuah keuntungan bagi petani AS dan upaya pengurangan defisit perdagangan sebesar 295,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 4,8 kuadriliun) antara kedua negara pada tahun 2024.

China adalah importir kedelai terbesar di dunia, menyerap lebih dari 60 persen permintaan global, terutama untuk pakan ternak dan minyak goreng.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau