TEHERAN, KOMPAS.com - Pejabat senior Iran memperingatkan pada Senin (18/8/2025) bahwa perang Teheran dengan Israel bisa pecah lagi kapan saja.
“Kita harus siap setiap saat untuk konfrontasi. Saat ini, kita bahkan belum berada dalam perjanjian gencatan senjata; kita berada dalam penghentian permusuhan,” kata Wakil Presiden Pertama Mohammad Reza Aref.
Perang Iran dan Israel mengalami jeda setelah konflik pecah selama 12 hari pada Juni.
Baca juga: Jenderal Afrika Selatan Dikritik Usai Janjikan Dukungan Militer ke Iran
Masa jeda perang ini berlangsung setelah Israel membombardir situs nuklir dan militer Iran. Daerah pemukiman juga terkena dampaknya.
Perang 12 hari itu sedikitnya telah menewaskan lebih dari 1.000 orang, termasuk komandan senior dan ilmuwan nuklir Iran.
Iran membalas dengan serangan rudal dan pesawat tempur nirawak yang menewaskan puluhan orang di Israel.
Amerika Serikat mengumumkan penghentian pertempuran pada 24 Juni, dua hari setelah ikut serta dalam perang dengan membom fasilitas nuklir Iran.
Namun, tidak ada kesepakatan yang meresmikan gencatan senjata, hanya jeda permusuhan yang tidak diumumkan.
Baca juga: Kepala Staf Militer Israel Isyaratkan Serang Iran Lagi
Pada Minggu (17/8/2025), Yahya Rahim Safavi, penasihat militer bagi Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan kepada media Iran bahwa negara itu sedang “menyiapkan rencana untuk skenario terburuk”.
“Kita tidak berada dalam gencatan senjata sekarang, kita berada dalam fase perang, itu bisa pecah kapan saja, tidak ada protokol, tidak ada aturan, tidak ada kesepakatan antara kita dan Israel, antara kita dan Amerika,” tandasnya, sebagaimana dilaporkan oleh harian Shargh.
“Gencatan senjata berarti menghentikan serangan. Itu bisa berubah kapan saja,” tambahnya.
Pejabat Iran menegaskan bahwa negara mereka tidak mencari perang, tetapi siap menghadapi konfrontasi pihak lain.
Negara-negara kuat Barat menuduh Iran mengejar kemajuan senjata nuklir melalui program atomnya, tuduhan yang sangat dibantah oleh Teheran.
Baca juga: Netanyahu Tawarkan Atasi Krisis Air, Presiden Iran: Tengoklah Gaza!
Setelah perang, Israel dan Amerika Serikat berulang kali mengancam akan menyerang Iran lagi, jika Teheran melanjutkan aktivitas di situs nuklirnya dan melanjutkan program pengayaan nuklirnya.
Pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau IAEA memperingatkan, Iran adalah satu-satunya negara non-nuklir yang memperkaya uranium hingga 60 persen.
Persentase itu jauh melampaui batas 3,67 persen yang ditetapkan dalam kesepakatan internasional yang dicapai pada 2015.
Tingkat itu hanya selangkah dari pengayaan 90 persen yang diperlukan untuk senjata nuklir.
Pada Minggu lalu, Inggris, Perancis, dan Jerman, yang semuanya merupakan pihak yang menandatangani kesepakatan 2015, mengancam akan memberlakukan kembali sanksi yang dicabut di bawah regulasi tersebut.
Iran telah memperingatkan konsekuensi serius, dengan menyiratkan kemungkinan penarikan diri dari perjanjian non-proliferasi nuklir.
Baca juga: Masih Murka, Iran Tuntut AS Tanggung Jawab atas Serangan ke Situs Nuklir
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini