Penulis: Jennifer Holleis/DW Indonesia
PARIS, KOMPAS.com - Untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, para pejabat Suriah dan Israel mengadakan pembicaraan tatap muka tingkat tinggi.
Awal pekan ini, pertemuan puncak yang ditengahi Amerika Serikat (AS) di Paris, Perancis, itu dihadiri secara tertutup oleh Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer, Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shibani, dan utusan AS untuk Suriah, Tom Barrack.
Poin-poin utama dalam agenda tersebut adalah deeskalasi ketegangan antara Suriah dan Israel, nonintervensi dalam urusan dalam negeri Suriah, dan pengaktifan kembali perjanjian pelepasan tahun 1974 antara Israel dan Suriah.
Baca juga: Perang Saudara Usai, Turkiye Pasok Senjata ke Suriah
Isu selanjutnya adalah bantuan kemanusiaan untuk minoritas Druze Suriah.
Pada Rabu (20/08), seorang juru bicara pemerintah Israel mengatakan kepada DW bahwa Israel menahan diri untuk tidak mengomentari pertemuan Paris tersebut.
Namun, kantor berita nasional Suriah, SANA, melaporkan bahwa pertemuan tersebut diakhiri dengan komitmen untuk pembicaraan lebih lanjut.
Putaran pembicaraan sebelumnya dengan para pejabat pendukung pada akhir Juli telah berakhir tanpa kesepakatan resmi.
Pembicaraan langsung ini menandai pergeseran diplomatik setelah 25 tahun hampir tidak ada komunikasi sama sekali.
Kedua negara secara teknis telah berperang sejak 1967.
Baca juga: Pria Berseragam Militer di Suriah Tembak Mati Relawan RS dari Jarak Dekat
Pada tahun itu, Israel menduduki Dataran Tinggi Golan Suriah, sebuah dataran tinggi strategis di sepanjang perbatasan bersama mereka, dan kemudian mencaploknya pada 1981.
Komunitas internasional terus menganggap Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Suriah di bawah pendudukan militer Israel.
Hingga saat ini, hanya Amerika Serikat dan Israel yang secara resmi mengakuinya sebagai bagian dari Israel.
Kesepakatan gencatan senjata pada 1974 membentuk zona penyangga PBB yang didemiliterisasi di Dataran Tinggi Golan di sepanjang perbatasan Israel-Suriah.
Namun, ketegangan antara kedua negara telah melonjak sejak jatuhnya diktator jangka panjang Suriah Bashar al Assad pada Desember 2024.