Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah AS Diam-diam Borong 21 Jet Tempur Soviet MiG-29 demi Gagalkan Iran

Kompas.com - 05/09/2025, 14:27 WIB
Inas Rifqia Lainufar

Penulis

WASHINGTON, KOMPAS.com - Setelah runtuhnya Uni Soviet, Amerika Serikat (AS) membeli 21 jet tempur MiG-29 buatan Soviet dari Moldova pada 1997.

Langkah itu dilakukan secara rahasia demi mencegah jet-jet tersebut jatuh ke tangan Iran, yang saat itu berupaya memperkuat kemampuan militernya.

AS tak mau militer Iran mendominasi Timur Tengah sekaligus meningkatkan kapasitas pengiriman senjata nuklir.

Baca juga: Jet Siluman Baru China J-20S Jadi Ancaman bagi F-22 dan F-35 Amerika

Cerita MiG-29 sampai ke tangan AS

MiG-29, yang dikenal NATO dengan sebutan Fulcrum, merupakan salah satu jet tempur generasi keempat andalan Uni Soviet.

Dengan kecepatan lebih dari 2 Mach, kemampuan manuver tinggi, serta persenjataan canggih berupa rudal berpemandu radar dan inframerah, jet ini dianggap lawan tangguh bagi F-15 dan F-16 milik Amerika.

Ketika Uni Soviet bubar pada 1991, Moldova mewarisi 34 unit MiG-29. Namun, negara kecil itu tidak memiliki dana maupun infrastruktur untuk merawatnya.

Iran segera menunjukkan minat membeli varian MiG-29C, yang disebut-sebut dapat dipasangi sistem pengiriman senjata nuklir.

Tak tinggal diam, Pemerintahan Bill Clinton, yang menilai kemungkinan itu sebagai ancaman serius, segera membeli jet tersebut.

AS membeli semua jet dan menelitinya

Pada Oktober 1997, Amerika Serikat sepakat membeli 21 jet tempur MiG-29 (14 MiG-29C, enam MiG-29A, dan satu MiG-29B) beserta 500 rudal udara-ke-udara, suku cadang, dan peralatan diagnostik.

Sebagai imbalannya, Moldova menerima sekitar 40 juta dollar AS (sekitar Rp 656 miliar), ditambah bantuan kemanusiaan serta peralatan militer tidak mematikan seperti truk.

Baca juga: Xi Jinping Pamer Jet Siluman 2 Kursi Pertama di Dunia Buatan China

Setelah diangkut dengan pesawat kargo C-17, MiG-29 itu dibongkar dan dipindahkan ke Wright-Patterson Air Force Base di Ohio, markas National Air and Space Intelligence Center (NASIC).

Di sana, pilot-pilot Amerika dan Israel menguji kemampuan jet tersebut secara langsung. Mereka menganalisis avionik, radar, sistem kendali, hingga daya manuver.

Seorang jenderal Angkatan Udara Israel bahkan memuji MiG-29 dengan menyebutnya “sangat hebat dalam pertempuran jarak dekat” dan menilai jet itu tidak kalah dalam hal kelincahan dibandingkan pesawat tempur Barat.

Melalui evaluasi langsung, AS memperoleh wawasan berharga mengenai teknologi Soviet—mulai dari sistem rudal hingga kelemahan perawatan.

Informasi ini kemudian digunakan untuk mengembangkan taktik perlawanan dan program pelatihan pilot.

Hal ini penting, mengingat MiG-29 dipakai banyak negara yang berseberangan dengan Washington, termasuk Korea Utara, Suriah, hingga Iran.

Meski sebagian besar jet itu kemudian dipreteli atau dimusnahkan, beberapa unit masih dipajang di museum Angkatan Udara AS.

Ada pula rumor bahwa sebagian dipasok ke Ukraina, meski kabar itu tidak pernah dikonfirmasi.

Baca juga: Jet Tempur Siluman Berbasis Kapal Induk J-35 Debut di Parade Militer China

 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau