Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Busa Hitam Misterius di Subang Terungkap, Ternyata Bukan Fenomena Alam

Kompas.com - 30/10/2025, 06:00 WIB
Maya Citra Rosa

Editor

KOMPAS.com – Sebuah video yang menampilkan gumpalan busa berwarna hitam beterbangan hingga masuk ke area persawahan di Subang, Jawa Barat, sempat viral di media sosial. Banyak warganet menduga itu merupakan fenomena alam langka.

Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa kejadian tersebut bukan disebabkan oleh proses alam.

“Fenomena tersebut tidak termasuk dalam kejadian alam yang disebabkan oleh proses cuaca, awan, maupun aktivitas atmosfer lainnya,” kata Kepala BMKG Stasiun Bandung, Teguh Rahayu, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (29/10/2025).

Teguh menjelaskan, secara ilmiah awan terbentuk akibat proses kondensasi uap air di atmosfer dengan pola, ketinggian, dan karakteristik tertentu yang bisa diidentifikasi lewat citra satelit serta radar cuaca BMKG.

Berdasarkan pantauan BMKG, pada 27 Oktober 2025, wilayah Subang secara umum berawan pada pagi hari dan terdapat awan hujan di bagian selatan pada sore hari. Alat pengamatan cuaca terdekat (AWS Sukamandi) mencatat angin dominan bertiup dari timur–selatan dengan kecepatan maksimum 26,1 kilometer per jam.

Baca juga: DLH Jakarta: Limbah Rumah Tangga dan Laundry Picu Busa di Kali Sunter

Sementara pada 28 Oktober 2025, cuaca di Subang cenderung berawan tebal hingga hujan ringan sepanjang hari. Angin bertiup dari arah timur ke selatan dengan kecepatan maksimum 13,3 kilometer per jam.

“Menurut kami, fenomena yang tampak berupa gumpalan hitam tersebut lebih mungkin berasal dari aktivitas di permukaan bumi, misalnya dari proses industri, reaksi kimia limbah, atau aktivitas manusia lainnya yang menyebabkan terbentuknya busa atau material ringan yang kemudian terangkat oleh angin,” ujar Teguh.

Busa Hitam Berasal dari Pabrik di Karawang

Kepolisian turut menelusuri asal muasal busa hitam tersebut. Kapolsek Patokbeusi Kompol Anton Indra Gunawan memastikan bahwa gumpalan busa yang beterbangan dan jatuh di Kampung Kondang, Desa Tanjungrasa, Kecamatan Patokbeusi, berasal dari sebuah pabrik di wilayah Kabupaten Karawang.

“Benar, pada hari Jumat (24/10) ada busa yang terbawa angin ke wilayah Patokbeusi. Kami sudah mengecek dan busa itu berasal dari salah satu perusahaan di Karawang,” kata Anton saat ditemui di Mapolsek Patokbeusi, Rabu (29/10/2025).

Anton menjelaskan, fenomena itu terjadi bersamaan dengan hujan deras dan angin kencang yang menyebabkan busa naik ke udara dan berpindah hingga ke wilayah Subang.

“Karena curah hujan sangat besar, gelembung itu naik lalu tertiup angin dan terbang,” ujarnya.

Baca juga: Busa Kembali Muncul, DLH DKI Siram Mikroba ke Sungai BKT

Dari hasil pengecekan kepolisian serta konfirmasi ke pihak perusahaan, busa hitam itu diketahui tidak mengandung zat beracun dan telah melalui proses pengolahan limbah sesuai standar operasional (SOP).

“Kami sudah konfirmasi ke perusahaan bahwa busa itu tidak mengandung zat beracun. SOP pengolahan limbah sudah berjalan,” tutur Anton.

Ia menambahkan, perusahaan tersebut merupakan industri pengolahan biang gula, bukan pabrik yang berlokasi di wilayah Subang.

Tidak Menimbulkan Dampak Lingkungan

Meski sempat ada warga yang mengeluhkan bau asam ketika busa jatuh ke tanah, keluhan itu tidak berlangsung lama.

Halaman:


Terkini Lainnya
Polisi: Status Onad Masih Korban Penyalahgunaan Narkoba
Polisi: Status Onad Masih Korban Penyalahgunaan Narkoba
Banten
Menkeu Purbaya Ungkap Rencana Diskon Tarif Tol untuk Nataru 2025
Menkeu Purbaya Ungkap Rencana Diskon Tarif Tol untuk Nataru 2025
Jawa Timur
Tradisi dan Mitos Selasa Kliwon, Salah Satu Hari Sakral dalam Kalender Jawa
Tradisi dan Mitos Selasa Kliwon, Salah Satu Hari Sakral dalam Kalender Jawa
Jawa Tengah
Bagaimana Cara Mengetahui NIK KTP Bocor dan Dipakai untuk Pinjol atau Judol?
Bagaimana Cara Mengetahui NIK KTP Bocor dan Dipakai untuk Pinjol atau Judol?
Sulawesi Selatan
Masalah Pribadi Disebut Jadi Pemicu Onad Terjerat Kasus Narkoba
Masalah Pribadi Disebut Jadi Pemicu Onad Terjerat Kasus Narkoba
Jawa Tengah
Apa Alasan Prabowo Tambah Armada Pesawat Airbus A400M untuk TNI AU?
Apa Alasan Prabowo Tambah Armada Pesawat Airbus A400M untuk TNI AU?
Sulawesi Selatan
AHY Temui Prabowo di Istana, Bahas Solusi Utang Kereta Cepat Whoosh
AHY Temui Prabowo di Istana, Bahas Solusi Utang Kereta Cepat Whoosh
Jawa Barat
 Mata Murid SD di Palembang Lebam, Orangtua Curiga Dipukul Guru Pakai Cincin
Mata Murid SD di Palembang Lebam, Orangtua Curiga Dipukul Guru Pakai Cincin
Sumatera Selatan
10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Ini Daftar Lengkapnya
10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Ini Daftar Lengkapnya
Jawa Barat
Menkeu Purbaya Sebut Pinjaman Pemerintah Pusat untuk Daerah Diberikan dengan Bunga 0,5 Persen
Menkeu Purbaya Sebut Pinjaman Pemerintah Pusat untuk Daerah Diberikan dengan Bunga 0,5 Persen
Sulawesi Selatan
Pemakaman Pakubuwono XIII Tidak Dilakukan pada Selasa Kliwon, Pegiat Budaya Ungkap Alasannya
Pemakaman Pakubuwono XIII Tidak Dilakukan pada Selasa Kliwon, Pegiat Budaya Ungkap Alasannya
Jawa Tengah
Apakah NIK KTP Anda Dipakai untuk Pinjol Ilegal? Begini Cara Mengeceknya!
Apakah NIK KTP Anda Dipakai untuk Pinjol Ilegal? Begini Cara Mengeceknya!
Jawa Timur
ASN Bolos Kerja Bisa Dipecat, Hak Tunjangan dan Pensiun Dicabut
ASN Bolos Kerja Bisa Dipecat, Hak Tunjangan dan Pensiun Dicabut
Lampung
AHY Menunggu Arahan Presiden untuk Penyelesaian Utang Kereta Cepat Whoosh
AHY Menunggu Arahan Presiden untuk Penyelesaian Utang Kereta Cepat Whoosh
Jawa Timur
Pemutihan Iuran BPJS Kesehatan 2025: Syarat Peserta dan Cara Cek Tunggakan
Pemutihan Iuran BPJS Kesehatan 2025: Syarat Peserta dan Cara Cek Tunggakan
Kalimantan Barat
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau