KOMPAS.com - Kepala Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiah Syafi'iyah Syekh Abdul Qodir Jaelani, Kiai Muhammad Hasan Nailul Ilmi, menyatakan penyesalan mendalam atas peristiwa ambruknya bangunan asrama putri pada Rabu (29/10/2025) dini hari sekitar pukul 00.30 WIB.
Menurut Kiai Hasan, insiden tersebut sangat mengejutkan, mengingat bangunan asrama tersebut baru berusia dua tahun empat bulan sejak dibangun pada tahun 2022.
Baca juga: Kemenag Sampaikan Belasungkawa atas Ambruknya Asrama Putri Ponpes di Situbondo
"Untuk sekarang, kegiatan pesantren kami liburkan sementara," ujar Kiai Hasan dalam keterangannya pada Rabu (29/10/2025).
Ia juga menjelaskan bahwa sebelumnya sudah ada tanda-tanda bahwa atap bangunan akan roboh, seperti terdengarnya suara dari atas. Namun, suara tersebut tidak menimbulkan rasa takut pada para santri.
"Bangunan ini masih baru berusia 2 tahun 4 bulan (dibangun 2022), saya tidak menyangka akan terjadi seperti ini," ungkapnya.
Total santri dan santriwati yang berada di Pondok Pesantren Salafiah Syafi'iyah Syekh Abdul Qodir Jaelani mencapai 300 orang, yang berusia antara 10 hingga 19 tahun.
Baca juga: Insiden Ambruknya Bangunan Ponpes Kembali Terjadi, PBNU Minta Pemerintah Turun Tangan
Terkait jumlah korban, Kiai Hasan mengungkapkan bahwa di bangunan asrama putri terdapat 19 orang santri yang terdampak.
Dari jumlah tersebut, 15 orang mengalami luka-luka, dan empat di antaranya harus mendapatkan perawatan inap.
Satu korban meninggal dunia, yakni seorang santriwati bernama Putri (12), warga Dusun Rawan, Desa Besuki, Kecamatan Besuki, Situbondo.
"Yang meninggal ini tidak ada luka sama sekali," jelas Kiai Hasan.
Baca juga: Santriwati Ceritakan Detik-detik Ponpes di Situbondo Ambruk: Atap Runtuh Saat Tertidur Lelap
Insiden ambruknya asrama putri Pondok Pesantren Salafiah Syafi'iyah Syekh Abdul Qodir Jaelani ini memicu perhatian dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Diana Kusumastuti, mengungkapkan bahwa pihaknya tengah melakukan audit menyeluruh terhadap bangunan pesantren di seluruh Indonesia, dengan 80 pesantren menjadi sampel yang sedang diidentifikasi.
"Ada 80 ponpes (sampel) yang dilakukan identifikasi oleh teman-teman Direktorat Jenderal Cipta Karya," kata Diana, Rabu (29/10/2025).
Menurutnya, audit ini mencakup pesantren-pesantren yang tersebar di delapan provinsi dengan jumlah pesantren terbanyak, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan.
Baca juga: Polres Situbondo Ambil Alih Kasus Atap Ponpes Ambruk yang Tewaskan Santriwati
Lebih lanjut, Diana menjelaskan bahwa Kementerian PU juga telah menyiapkan dukungan renovasi dan rekonstruksi bagi pesantren dengan prioritas tertentu, seperti pesantren dengan bangunan yang berusia lebih dari 50 tahun, yang menampung lebih dari 500 santri, memiliki risiko tinggi, serta yang dibangun tanpa tenaga kerja konstruksi bersertifikat.
"Kalau untuk ambruk, langsung kita bangun enggak bisa. Kita kan harus identifikasi dulu ada korbannya apa enggak. Kayak kemarin kalau misal ada korban berarti harus ditangani dulu oleh Kepolisian, kalau sudah ini baru kita bisa masuk lagi," kata Diana, menjelaskan prosedur yang harus dilakukan dalam kasus seperti ini.
Sebagian artikel telah tayang di Kompas.com dengan judul: Asrama Putri Ponpes Situbondo Roboh, Kementerian PU Lanjutkan Audit Menyeluruh dan Bangunan Asrama Putri Ponpes yang Ambruk di Situbondo Berusia 2 Tahun 4 Bulan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang