JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah gejolak ekonomi yang dinamis dan tantangan di berbagai sektor, PT Nusantara Infrastructure Tbk (NI Group) mencatatkan kinerja yang stabil dan kokoh hingga Kuartal III tahun 2025.
Alih-alih terpuruk oleh dinamika pasar, raksasa infrastruktur ini justru menunjukkan ketahanan operasional dan pengelolaan keuangan yang konservatif, menjadikannya studi kasus menarik tentang bagaimana efisiensi dan inovasi menjadi jangkar stabilitas.
Meskipun dinamika bisnis global dan domestik menghadirkan tantangan, NI Group berhasil mempertahankan kinerja yang resilien.
Baca juga: Mudik Aman saat Musim Hujan, Pemerintah Siapkan Papan Informasi Cuaca di Jalan Tol
Secara konsolidasi, Perusahaan membukukan pendapatan sebesar Rp216 miliar dengan EBITDA mencapai Rp 58,8 miliar.
Penurunan EBITDA yang hanya tipis sebesar 2,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menunjukkan kemampuan Perusahaan dalam menjaga efisiensi operasional.
Head of Corporate Communication & CSR, PT Nusantara Infrastructure Tbk, Indah DP Pertiwi menegaskan, kunci capaian ini adalah konsistensi dan ketahanan operasional.
"Fokus kami bukan hanya pada pertumbuhan jangka pendek, tetapi juga pada pembangunan fondasi jangka panjang yang kuat," ujarnya, Jumat (31/10/2025).
Sektor jalan tol, melalui anak usahanya, PT Marga Utama Nusantara (MUN), kembali menjadi kontributor laba inti terbesar, menunjukkan sektor infrastruktur dasar tetap menjadi pilar utama ketahanan NI Group.
Kinerja laba inti sektor tol melesat sebesar 71,7 persen. Lonjakan ini terutama didorong oleh peningkatan volume lalu lintas dan kontribusi strategis dari investasi Perusahaan pada jaringan Transjawa melalui PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT).
Baca juga: 21 Jalan Tol Sepi Karena Baru Beroperasi
Kepercayaan terhadap sektor ini tercermin dari peningkatan arus kas bersih sebesar Rp 26,19 miliar, yang disokong oleh penerimaan dividen sebesar Rp 53,80 miliar dari entitas asosiasi MUN.
Di luar tol, diversifikasi NI Group ke sektor air dan energi menunjukkan dinamika yang berbeda, namun tetap dikelola dengan strategi efisiensi biaya.
Sektor air mencatat pertumbuhan volume penjualan sebesar 3,6 persen. Kenaikan ini didukung oleh keberhasilan ekspansi area penjualan baru di Serang (PT SCTK) dan penyesuaian tarif 10 persen di Medan (PT DCC) sejak Maret 2025.
Baca juga: Lunasi Utang 40 Persen Saham Jalan Layang MBZ, Nusantara Infrastructure Siap Ekspansi
Sementara sektor energi mencatat penyesuaian volume sebesar -7,9 persen. Penurunan ini disebabkan oleh faktor eksternal seperti curah hujan tinggi di Pontianak yang mengganggu distribusi bahan baku PT RPSL, serta penyesuaian teknis pada operasional PT IME.
Meskipun demikian, stabilitas EBITDA Grup berhasil dipertahankan melalui pengendalian biaya operasional yang sangat efektif.
Kinerja operasional yang stabil diperkuat oleh fundamental keuangan, mencerminkan prinsip kehati-hatian (prudent) dalam mengelola modal. Total aset Grup pun tumbuh 0,7 persen menjadi Rp 4,64 triliun.