KOMPAS.com - Kapan terakhir kali kamu merasa benar-benar damai—bukan sekadar terhibur atau teralihkan, tetapi seolah kembali ke jati diri yang paling dalam?
Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa menghabiskan waktu di alam, khususnya hutan, dapat membawa kedamaian batin yang lebih dalam daripada yang kita kira.
Dalam psikologi, ada istilah eudaimonic well-being—sebuah kondisi kesejahteraan yang berakar pada tujuan hidup, penerimaan diri, pertumbuhan pribadi, serta hubungan dengan orang lain. Ini berbeda dengan hedonisme yang hanya mengejar kesenangan sesaat.
“Eudaimonia bisa dianggap sebagai kebalikan dari hedonisme. Kalau hedonisme fokus pada kesenangan jangka pendek, eudaimonia menyentuh kesejahteraan yang lebih panjang dan dalam,” jelas Joha Järekari, peneliti doktoral di University of Turku, Finlandia.
Dan jawabannya jelas: ya, alam bisa membantu kita mencapainya.
Baca juga: Manfaat Peluk Pohon dalam Forest Bathing: Redakan Stres dan Pulihkan Jiwa
Penelitian ini melibatkan 158 warga Turku, Finlandia. Mereka diminta menjawab pertanyaan tentang seberapa sering berinteraksi dengan alam, serta bagaimana hal itu memengaruhi tujuan hidup, penerimaan diri, hubungan, hingga kemampuan mengelola kehidupan.
Selain itu, 20 orang ikut dalam lokakarya menulis kreatif untuk menggambarkan secara personal bagaimana alam memengaruhi kehidupan mereka. Hasilnya memperlihatkan pola yang konsisten: alam menghadirkan rasa diterima tanpa syarat.
“Pohon tidak menghakimi. Air tidak memberi nilai. Itu membuat orang lebih jujur pada dirinya sendiri,” ungkap Järekari.
Baca juga: Agar Sehat, Sempatkan Berjalan di Alam Terbuka Hijau
Para peserta menggambarkan dua jenis keterhubungan saat berada di alam:
“Waktu di alam membawa ke permukaan apa yang benar-benar penting dalam hidup,” kata Järekari. “Hal ini meningkatkan kemandirian, pertumbuhan pribadi, dan memudahkan untuk terhubung dengan diri sendiri maupun orang lain.”
Baca juga: Ruang Hijau Lebih Luas Bikin Anda Lebih Bahagia
Hasil penelitian menunjukkan pola unik berdasarkan usia:
Orang dewasa lanjut usia sering menceritakan pengalaman berjalan santai dengan cucu, atau momen spiritual yang membuat mereka merasa bagian dari sesuatu yang lebih besar.
Sedangkan kaum muda lebih banyak menggunakan alam sebagai ruang solitude sehat: bisa sendiri tanpa kesepian, atau bersama teman tanpa harus terus berbicara.
Meski berbeda cara, keduanya bertemu di satu titik: alam membantu mereka merasa lebih autentik.
Baca juga: Duduk Tenang di Bawah Pepohonan Bantu Redakan Stres
Namun, tidak semua pengalaman menyenangkan. Bagi generasi muda, kegelisahan soal kerusakan lingkungan sering muncul.