KOMPAS.com - Ketika perayaan Idul Adha tiba, konsumsi daging lumrah meningkat tajam di tengah masyarakat.
Di saat yang sama, berbagai mitos seputar pengolahan daging pun biasanya akan kembali mencuat.
Salah satunya adalah keyakinan bahwa mencuci daging dengan air panas atau menambahkan jeruk nipis bisa membantu mengurangi kadar kolesterol. Benarkah demikian?
Pakar gizi: hanya mitos
Pakar gizi dari Universitas Airlangga Surabaya, Lailatul Muniroh, SKM, MKes, menegaskan bahwa anggapan tersebut tidak benar secara ilmiah.
Ia menerangkan bahwa kolesterol berada di dalam jaringan ototo dan tidak bisa larut dalam air.
Degan kata lain, anggapan mencuci daging dengan air panas atau jeruk nipis bisa mengurangi kolesterol termasuk mitos.
“Jadi, mencuci daging meskipun dengan air panas atau jeruk nipis tidak akan mengurangi kolesterolnya,” terang Lailatul pada Kamis (6/6/2024), dikutip dari Antara.
Cara pengolahan lebih berpengaruh dari proses mencuci
Menurut Lailatul, hal yang jauh lebih berpengaruh terhadap kadar lemak dan risiko kesehatan bukanlah proses mencuci, melainkan metode memasak yang digunakan.
Memasak daging dengan suhu tinggi seperti digoreng atau dibakar hingga gosong dapat menghasilkan senyawa toksik berbahaya bagi tubuh.
“Meskipun tidak serta-merta menurunkan kadar lemak, metode memasak rendah suhu seperti mengukus atau merebus jauh lebih sehat daripada membakar hingga hangus,” ujarnya.
Lebih jauh, ia menyarankan kepada masyarakat untuk tidak mengonsumsi daging tanpa dikontrol, apalagi menyantap jeroan yang tinggi kolesterol.
Daging kambing tak selalu lebih berisiko
Lailatul juga meluruskan mitos lain yang menyebutkan bahwa daging kambing lebih ‘jahat’ daripada daging sapi.
Dalam banyak kasus, kata dia, daging kambing justru mengandung lemak jenuh dan kalori yang lebih rendah.
Kendati begitu, porsi dan frekuensi tetap menjadi kunci.
“Porsi aman konsumsi daging merah matang adalah sekitar 50–70 gram per sajian, maksimal dua hingga tiga kali dalam seminggu,” jelasnya.
Konsumsi daging harus diimbangi serat
Agar konsumsi daging tetap sehat, Lailatul menyarankan agar masyarakat menyeimbangkannya dengan makanan tinggi serat seperti sayur dan buah.
Serat membantu menjaga pencernaan dan mengontrol kadar kolesterol dalam tubuh.
“Jika ingin optimal, makan daging sebaiknya disandingkan dengan serat, protein nabati, dan dimasak dengan cara yang sehat,” katanya.
Bukan pantang, tapi seimbang
Lailatul menegaskan bahwa pola makan sehat bukan berarti pantang makan daging sama sekali.
Yang lebih penting adalah kesadaran untuk mengatur porsi dan memahami cara pengolahan yang aman.
“Keseimbangan dan kesadaran adalah kuncinya. Bukan berarti tidak boleh makan daging, tapi harus tahu kapan cukup dan bagaimana mengolahnya,” tutupnya.
https://www.kompas.com/tren/read/2025/06/08/093000265/cuci-daging-pakai-air-panas-atau-ditambah-jeruk-nipis-bisa-kurangi