KOMPAS.com - Lini masa media sosial TikTok tengah diramaikan unggahan soal kemunculan komet raksasa 3I/ATLAS, sebuah obyek langit yang berasal dari luar tata surya.
Foto-foto dan video orbit komet itu viral, memicu rasa takjub sekaligus kekhawatiran warganet.
“Halo Warga Bumi. obyek antariksa misterius 3I/ATLAS picu skenario pertahanan planet, teknologi alien?” tulis pengelola akun TikTok @infotan************ pada Selasa (28/10/2025).
Lantas, apa sebenarnya komet 3I/ATLAS itu, dan apakah keberadaannya berbahaya bagi Bumi?
Apa itu Komet 3I/ATLAS?
Peneliti utama Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, menjelaskan komet raksasa berkode 3I/ATLAS merupakan benda langit yang datang dari luar tata surya.
Orbitnya bersifat hiperbolik, berbeda dari kebanyakan komet yang memiliki orbit elips.
“Kode ‘3’ berarti obyek ketiga yang ditemukan, huruf ‘I’ bermakna interstellar atau antar bintang,” jelas Thomas saat dimintai informasi Kompas.com, Kamis (30/10/2025).
Nama ATLAS sendiri diambil dari teleskop pemantau asteroid yang pertama kali menemukannya.
Komet ini memiliki kepala (coma) yang terdiri atas debu dan gas dengan diameter sekitar 25.000 kilometer, atau sekitar dua kali ukuran Bumi, sedangkan intinya berupa es padat berukuran belasan kilometer.
Thomas menambahkan, komet ini diperkirakan berasal dari sistem planet di bintang lain di galaksi Bima Sakti, dengan usia sekitar 7 miliar tahun atau lebih tua dari tata surya kita yang berumur 4,5 miliar tahun.
Meski berukuran besar, komet 3I/ATLAS tidak berbahaya bagi Bumi.
“Tidak berbahaya bagi Bumi maupun planet lain di tata surya,” tegas Thomas.
Komet 3I/ATLAS bukan pesawat alien
Berbeda dari komet pada umumnya yang mengorbit Matahari, komet antar bintang seperti 3I/ATLAS hanya melintas sekali di tata surya, kemudian melanjutkan perjalanannya kembali ke ruang antarbintang.
Komet ini melaju dengan kecepatan sekitar 215.000 kilometer per jam, menjadikannya salah satu yang tercepat yang pernah diamati.
Secara teori, komet 3I/ATLAS dapat dilihat dari Bumi. Namun, selama Oktober–November 2025 posisinya berada di arah Matahari, sehingga sulit diamati.
“Desember baru bisa diamati lagi sebelum makin redup karena menjauh,” ujar Thomas.
Menariknya, estimasi terbaru menunjukkan bahwa kepala komet yang tersusun dari gas CO? memiliki diameter sekitar 700.000 kilometer atau hampir setengah ukuran Matahari atau 5 kali diameter Jupiter.
Karena ukurannya yang luar biasa besar, para astronom memperkirakan fenomena menarik akan terjadi saat komet mencapai perihelion, yaitu titik terdekatnya dengan Matahari.
Pada fase ini, pemanasan maksimum akan membuat komet menunjukkan perubahan fisik yang signifikan.
Meski kemunculannya langka dan mengesankan, Thomas menegaskan bahwa komet ini bukan pertanda apa pun selain fenomena ilmiah biasa.
“Astronom tidak akan berspekulasi di luar hasil observasi. Obyek 3I/ATLAS adalah komet raksasa dari luar tata surya, bukan pesawat alien,” ujarnya.
Tidak akan tabrak Bumi
Astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo, juga memastikan bahwa komet ini tidak akan mendekati atau menabrak Bumi.
“Titik terdekat komet ini ke Matahari berada di antara orbit Merkurius dan Venus. Jarak terdekatnya ke Bumi mencapai sekitar 60 juta kilometer,” jelas Marufin.
Isu bahwa 3I/ATLAS adalah pesawat alien muncul setelah pernyataan Avi Loeb, astronom Universitas Harvard, yang menyebutkan “kemungkinan kecil” bahwa objek tersebut merupakan wahana buatan.
“Asumsi itu muncul karena orbit awalnya tampak seolah akan melintas dekat Mars, tapi data terbaru menunjukkan komet ini sebenarnya melintas jauh,” kata Marufin.
Dengan begitu, kekhawatiran warganet dapat dipastikan tidak beralasan.
Komet 3I/ATLAS hanyalah tamu kosmik dari bintang jauh, yang melintas sesaat, sebelum lenyap kembali ke kegelapan ruang antarbintang.
https://www.kompas.com/tren/read/2025/10/31/180000565/ramai-soal-komet-3i-atlas-disebut-teknologi-alien-benarkah-berbahaya-bagi