KOMPAS.com - Sejumlah negara di Afrika mengalami wabah cacar monyet atau mpox. Di Republik Demokratik Kongo, sebanyak 14.000 kasus infeksi cacar monyet atau mpox dilaporkan dan 511 orang tewas sejak awal tahun 2024.
Virus mematikan ini sudah melintasi batas negara dan ada kekhawatiran dapat menyebabkan wabah global yang signifikan.
Ketika para pemimpin kesehatan dunia mempertimbangkan untuk melabeli ini sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat, berikut adalah apa yang kita ketahui sejauh ini.
Baca juga: Apa Itu Wabah Mpox? Kenali Gejala dan Risiko Penularannya Berikut Ini
Dikutip dari Guardan, virus Mpox atau yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus.
Gejala mirip flu termasuk demam, menggigil, dan nyeri otot biasanya diikuti oleh ruam yang awalnya berupa bintik-bintik menonjol, yang berubah menjadi lepuh berisi cairan.
Lepuh ini akhirnya membentuk koreng.
Penyakit cacar monyet ditemukan pada 1958, ketika dua wabah penyakit mirip cacar terjadi di koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian.
Meskipun awalnya bernama “cacar monyet”, sumber penyakit ini sampai sekarang masih belum diketahui, dilansir dari CDC.
Para ilmuwan menduga hewan pengerat Afrika dan primata non-manusia (seperti monyet) mungkin menjadi pembawa virus dan menginfeksi manusia.
Kasus mpox pada manusia pertama tercatat pada tahun 1970, di wilayah Republik Demokratik Kongo.
Cacar monyet termasuk penyakit yang jarang terjadi. Namun saat ini jumlah kasus di Afrika dan wilayah lain yang belum mencatatkan kasus justru meningkat drastis.
Baca juga: WHO Pertimbangkan Bentuk Komite untuk Tetapkan Status Mpox Jadi Darurat Internasional
Tiga puluh empat negara di Afrika melaporkan adanya infeksi atau dianggap “berisiko tinggi”, menurut pengarahan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (Africa CDC).
Wabah yang terjadi di Kongo bukanlah hal yang tidak biasa, tetapi angka tahun ini sudah sama dengan total kasus sepanjang tahun 2023, dan mencakup kasus-kasus di provinsi-provinsi yang sebelumnya tidak terdampak.
Infeksi cacar monyet juga dilaporkan di Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda, negara tetangga Kongo di mana kasus sebelumnya tidak terjadi.
Infeksi Mpox telah terdeteksi di bagian timur DRC dan telah dikonfirmasi di Kenya, Rwanda, dan Uganda. Para ilmuwan yakin varian ini berperan dalam penyebarannya.
Virus cacar monyet klade Ia di masa lalu, biasanya menyebar melalui orang yang memakan daging hewan liar yang terinfeksi.
Klade Ib menyebar dari orang ke orang, sering kali melalui hubungan seksual, tetapi juga melalui kontak fisik dan tatap muka lainnya, atau melalui tempat tidur atau handuk yang terkontaminasi.
“Kami tidak tahu apakah virus ini lebih mudah menular, tetapi virus ini menular melalui cara yang efisien,” kata Dr Rosamund Lewis, pimpinan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Bentuk virus lainnya juga dnilai masih beredar. Republik Demokratik Kongo juga mencatat kasus klade Ia, seperti halnya Republik Afrika Tengah.
Klade II telah dilaporkan di Kamerun, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, dan Afrika Selatan, menurut WHO.
Peningkatan ini terjadi di tengah tingginya tingkat ketidakamanan di kawasan tersebut, dan krisis iklim membawa manusia ke dalam kontak lebih dekat dengan alam, yang juga merupakan faktor menurut Dr. Jean Kaseya, kepala CDC Afrika.
Baca juga: 8 Gejala Mpox yang Perlu Anda Waspadai, Salah Satunya Sakit Punggung
Menurut Kaseya, situasinya "mengkhawatirkan". Ia berencana untuk menyatakan wabah itu sebagai "darurat kesehatan masyarakat yang mengancam keamanan benua" minggu depan – pertama kalinya CDC Afrika membuat pernyataan semacam itu.
Ini akan memungkinkan koordinasi yang lebih baik antarnegara saat mereka merespons, dan memerlukan lebih banyak pembagian informasi antarnegara anggota.
Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, sedang mengumpulkan para ahli untuk memutuskan apakah wabah mpox merupakan “darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional” – sebuah definisi yang mencakup pandemi Covid-19 dan wabah mpox 2022 yang pertama kali terdeteksi di Eropa.
Virus ini melintasi perbatasan dengan orang-orang yang terinfeksi yang sedang bepergian. Pihak berwenang Kenya mendiagnosis mpox pada seorang pengemudi truk jarak jauh yang juga pernah ke Rwanda, Tanzania, dan Uganda.
Mpox juga menyebar melalui jaringan seksual. Pekerja seks awalnya merupakan bagian terbesar dari mereka yang terinfeksi.
Di Kongo, lebih dari 70 persen kasus terjadi pada anak di bawah 18 tahun.
Para ahli mengatakan hal ini mungkin mencerminkan perbedaan dalam sistem kekebalan tubuh mereka, dengan tingkat kekurangan gizi yang tinggi membuat anak-anak rentan terhadap infeksi.
Meskipun orang tua di wilayah tersebut mungkin telah menerima vaksinasi cacar, yang memberikan perlindungan, hal ini tidak berlaku bagi generasi muda.
Baca juga: WHO Ganti Nama Cacar Monyet atau Monkeypox Menjadi mpox