Sebagai presiden AS, Jimmy Carter berhasil membuat perjanjian dagang di Terusan Panama serta memimpin perjanjian perdamaian antara Mesir dan Israel.
Dia juga menjalin hubungan diplomatik dengan China dan menyelesaikan negosiasi perjanjian pembatasan nuklir SALT II dengan Uni Soviet.
Pemerintah Carter juga berhasil menjalankan program energi, transportasi, komunikasi, keuangan, dan pendidikan yang maju. Dia juga dikenal sebagai pejuang hak asasi manusia.
Meski begitu, dilansir dari laman resmi Gedung Putih, masa pemerintahan Carter diwarnai invasi Uni Soviet ke Afghanistan, penyanderaan staf kedutaan AS di Iran, serta inflasi berkelanjutan.
Iran akhirnya membebaskan 52 warga Amerika yang disandera pada hari yang sama saat Carter meninggalkan jabatannya di Gedung Putih.
Di luar pemerintahan, Carter menulis total 32 buku yang terbit sejak 1975 hingga 2018. Dia juga menjadi profesor terhormat di Emory University.
Bersama istrinya, mereka mendirikan pusat nirlaba Carter Center yang aktif membahas isu kebijakan publik.
Lembaga ini terlibat upaya penyelesaian konflik, promosi demokrasi, perlindungan hak asasi manusia, serta pencegahan penyakit dan penderitaan lain di seluruh dunia.
Carter dan lembaga ini terlibat mediasi konflik di berbagai negara dunia sejak 1989 hingga sekarang. Dia dan sang istri pun menjadi relawan yang bantu merenovasi rumah warga membutuhkan di AS dan negara lain.
Baca juga: Kisah Lyndon B Johnson, Satu-satunya Presiden AS yang Dilantik di Atas Pesawat Terbang
Pada 10 Desember 2002, Komite Nobel Norwegia menganugerahkan Hadiah Nobel Perdamaian kepada Jimmy Carter atas "usahanya yang tak kenal lelah selama puluhan tahun untuk menemukan solusi damai bagi konflik internasional, memajukan demokrasi dan hak asasi manusia, dan mempromosikan pembangunan ekonomi dan sosial".
Dia dikenal menentang Perang Teluk pada 1991 dan invasi AS ke Irak pada 2003. Carter bahkan pernah menyamakan perlakuan Israel ke Palestina seperti apartheid di Afrika Selatan.
Carter pernah menyebut penentang Presiden Barack Obama sebagai pelaku rasisme. Dia juga menyatakan ketidaksetujuan terhadap Presiden Donald Trump.
Namun sejak 18 Februari 2023, Jimmy Carter memutuskan untuk menghabiskan sisa waktu di rumah bersama keluarganya setelah berulang kali menerima perawatan rumah sakit.
Jimmy Carter akhirnya meninggal dunia pada Minggu (29/12/2024) sore waktu setempat pada usia 100 tahun.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini