KOMPAS.com - Sebuah unggahan di media sosial Instagram mengatakan bahwa kemarau basah akan berakhir di bulan Agustus 2025.
Unggahan tersebut mengatakan, mulai bulan September hingga November, sebagian wilayah di Indonesia akan memasuki pancaroba kedua, yakni transisi dari musim kemarau menuju musim hujan. Berikut kutipan dari unggahan tersebut.
“Siklus musim di Indonesia tahun 2025: Anomali kemarau basah berakhir di Agustus,” tulis akun @seki**********com pada Sabtu (16/8/2025).
Diketahui kemarau basah adalah anomali iklim, di mana musim kemarau yang seharusnya kering justru masih diguyur hujan dengan frekuensi tinggi.
Baca juga: Bediding di Jawa Sampai Kapan? BMKG Ungkap Penyebab Udara Dingin Agustus 2025
Dikutip dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Rabu (28/5/2025), anomali kemarau basah memiliki beberapa dampak.
Dalam sektor pertanian, kemarau basah bisa menjadi keuntungan karena curah hujan yang cukup memungkinkan petani dapat lebih sering menanam.
Namun, curah hujan yang tinggi justru dapat menyebabkan kegagalan panen akibat banjir dan serangan hama.
Selain itu, kemarau basah juga berdampak pada kesehatan manusia.
Dikutip dari Kompas.com, Kamis (10/7/2025), adanya kemarau basah menyebabkan beberapa masyarakat Indonesia menderita Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dan diare.
Hal itu disebabkan suhu yang cenderung turun di malam hari serta musim hujan yang tak menentu menyebabkan daya tahan tubuh menurun.
Selain itu, adanya genangan air, lingkungan yang tidak bersih, serta kualitas air yang buruk berpotensi menyebabkan diare.
Lantas, benarkah kemarau basah akan berakhir di bulan Agustus 2025?
Baca juga: Analisis BMKG soal Penyebab Gempa Bekasi M 4,9 Hari Ini
Bidang Analisis Variabilitas Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Supari mengatakan bahwa kemarau basah masih akan tetap terjadi hingga bulan September 2025.
"Berdasarkan prediksi BMKG, curah hujan pada bulan september masih akan terjadi dengan sifat atas normal, sehingga kemarau basah masih akan terjadi,” ujar Supari ketika dihubungi Kompas.com pada Rabu (20/8/2025).
Selain itu, berdasarkan prediksi musim kemarau yang telah dirilis BMKG, Supari mengatakan bahwa musim kemarau tahun ini akan lebih pendek daripada musim kemarau sebelumnya.
“Sehingga sangat mungkin kemarau basah ini kemudian bersambung dengan datangnya musim hujan,” ungkapnya.
Baca juga: Cuaca Ekstrem Belum Selesai Hantam Indonesia, BMKG Ungkap Wilayah Terdampak
Berikut gambar prediksi sifat hujan pada bulan September 2025. Pada gambar tersebut, diketahui warna hijau pada peta menunjukkan sifat hujan di atas normal.
Sementara itu, warna kuning menunjukkan sifat hujan pada bulan September 2025 di wilayah tersebut adalah normal.
Terlihat bahwa Pulau Jawa diisi dengan warna hijau tua, yang menandakan sifat hujan mencapai 200 persen di atas normal.
"Kemarau basah masih akan terjadi, terutama di daerah Jawa, Bali, NTB dan NTT," ungkap Supari.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa maksud dari pernyataan yang diunggah di media sosial adalah musim kemarau basah yang bersambung dengan musim hujan.
"Pernyataan media sosial tersebut kemungkinan dimaksudkan bahwa musim kemarau basah akan segera berakhir dan bersambung dengan musim hujan," pungkasnya.
Baca juga: Cuaca Ekstrem Belum Selesai Hantam Indonesia, BMKG Ungkap Wilayah Terdampak
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini