Sementara itu, Ariko menyebut, keunggulan utama bata ringan terletak pada kepraktisannya.
Ukurannya lebih besar (20 x 60 cm), sehingga pemasangan bisa lebih cepat dibanding bata merah yang kecil dan bervariasi.
"Bandingkan dengan bata merah yang lebih kecil dan bervariasi ukurannya, misalnya 4 x 15 cm atau 5 x 20 cm, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk menutup luas bidang yang sama," papar Ariko.
Selain itu, bobotnya lebih ringan sehingga tidak membebani struktur bangunan.
Dari sisi kenyamanan, bata ringan unggul karena nilai konduktivitas panasnya hanya 0,16 W/m.K, jauh lebih rendah dibanding bata merah yang sekitar 0,55 W/m.K.
“Artinya, ruangan dengan dinding bata ringan terasa lebih sejuk dan lebih baik meredam suara,” jelas Ariko.
Namun, bata ringan memiliki catatan khusus, yakni pemasangannya harus menggunakan semen instan khusus, bukan campuran konvensional semen-pasir. Jika tidak, kekuatannya bisa berkurang.
Baca juga: Detik-detik Bangunan Bertingkat di Bangkok Runtuh Usai Gempa Guncang Thailand dan Myanmar
Menurut Ariko, baik bata merah maupun bata ringan sama-sama berisiko retak jika tidak dipasang sesuai kaidah konstruksi.
“Relatif sama, tidak ada perbedaan mencolok. Faktor yang memengaruhi biasanya kualitas plesteran, campuran semen, serta teknik aplikasinya,” ujarnya.
Pada akhirnya, kata Ariko, pilihan material sangat ditentukan oleh ketersediaan di lokasi pembangunan.
Di daerah tertentu, bata ringan bisa lebih mahal, sementara di daerah lain justru bata merah lebih tinggi harganya.
“Saran saya, pilihlah material yang paling mudah didapatkan secara lokal. Itu akan sangat memengaruhi efisiensi biaya,” tutup Ariko.
Baca juga: Kronologi Gunung Lewotobi Meletus, 10 Orang Meninggal Tertimpa Bangunan dan Batu Besar
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini