Karena itu, orang psikopat sulit mengekrpresikan marah, sedih, senang, takut, dan emosi-emosi lainnya.
Baca juga: Viral Narasi Cewek Bisa Segalanya, Tapi Tidak Bisa Cari Cowok Bener, Ini Kata Psikolog
Studi lain oleh Translational Psychiatry menyatakan, tiap psikopat memiliki kepekaan terhadap bidang tertentu, bergantung pada kepribadian dan pengalaman masing-masing.
Sifat tidak peka atau antisosial didasari oleh keyakinan bahwa dunia tidak terduga, sehingga seseorang sulit membangun ekspektasi yang stabil dan memberikan umpan balik sosial.
Penelitian yang dipublikasi oleh Sexual and Relationship Therapy menemukan, psikopat memengaruhi keterbukaan seseorang terhadap seks tanpa komitmen.
Fakta ini menunjukkan ciri-ciri psikopat, yaitu impulsif, tidak emosional, serta mau mengambil risiko yang buruk.
Studi dalam Journal of Research in Personality menemukan bahwa individu psikopat enggan menegakkan hukum atau keadilan, bahkan ketika sesuatu merugikan dirinya sendiri.
Hal itu bukan disebabkan kerena mereka tidak tahu benar-salah, tetapi mereka tidak terdorong melakukan sesuatu yang tidak memberikan manfaat bagi dirinya.
Mereka cenderung hanya mematuhi norma jika itu bisa dilakukan tanpa usaha sama sekali.
Research on Child and Adolescent Psychopathology melacak 332 mantan narapidana remaja selama lebih dari satu dekade.
Peneliti menemukan, risiko kematian sebelum 35 tahun mereka tinggi, sering kali karena kekerasan, kecelakaan, ataupun bunuh diri.
Baca juga: Mana yang Lebih Penting, Grit atau IQ? Ini Penjelasan Psikolog
Meta-analisis dalam Journal of Psychology & Neuroscience meninjau 26 studi dan menemukan bahwa psikopat memiliki kadar kortisol tinggi.
Kortisol adalah hormon yang mengatur respons stres yang diproduksi kelenjar adrenal.
Selain itu, mereka juga memiliki testosteron lebih tinggi dan oksitosin yang lebih rendah.
Terakhir, studi oleh Evolutionary Behavioral Sciences menemukan bahwa pria psikopat memiliki lebih banyak anak.
Hal ini menunjukkan bahwa psikopat bisa berfungsi dalam hubungan jangka pendek, mengingat sifat manipulaif dan keterpisahan emosional mereka.
Namun, studi ini tidak membedakan antara anak biologis dan non-biologis sehingga diperlukan studi lebih lanjut.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini