KOMPAS.com - Sistem kecerdasan buatan (AI), seperti halnya ChatGPT OpenAI versi GPT-3 yang biasa digunakan oleh masyarakat ternyata sangatlah “haus”.
Mereka dapat mengonsumsi hingga 500 mililiter atau sekitar satu gelas air untuk setiap percakapan singkat yang dilakukan dengan pengguna. Jumlah tersebut kurang lebih sama untuk menulis pesan email 100 kata.
Penggunaan air tersebut tidak benar-benar untuk diminum oleh sistem AI, melainkan digunakan untuk mendinginkan server.
Namun, penelitian yang menghitung estimasi penggunaan air oleh AI menyebutkan bahwa penggunaan air dapat bervariasi, yakni tergantung lokasi dan waktu komputer yang digunakan untuk menjawab pertanyaan.
Penasihat Rektor untuk Literasi AI sekaligus Profesor Pendidikan dari Universitas Virginia, Leo S. Lo, mengatakan bahwa menurutnya, memahami AI bukan hanya tentang mengetahui cara menulis perintah.
“Dalam memahami AI, infrastruktur, kompromi, dan pilihan masyarakat yang terkait dengan AI juga penting,” kata Leo.
Baca juga: 6 Keterampilan Manusia yang Diyakini Tak Akan Tergantikan AI dalam 10 Tahun ke Depan
Dilansir dari Science Alert, Rabu (3/9/2025), Leo mengatakan bahwa di balik setiap pertanyaan yang diajukan kepada AI, terdapat dua arus penggunaan air yang bekerja.
Arus penggunaan air pertama adalah pendinginan di tempat (on-site cooling) pada server yang menghasilkan panas dalam jumlah besar.
Pendinginan tersebut biasanya menggunakan menara pendingin evaporatif, yaitu penyembur raksasa yang menyemprotkan air ke pipa-pipa panas atau bak terbuka.
"Nantinya akan ada penguapan yang dapat menghilangkan panas. Namun, air tersebut diambil dari pasokan air lokal, seperti sungai, waduk, atau akuifer," kata Leo.
Sementara itu, sistem pendingin lain mungkin menggunakan lebih sedikit air, tetapi lebih banyak listrik.
Baca juga: 10 Chatbot AI Paling Banyak Digunakan, ChatGPT Peringkat Berapa?
Pada arus penggunaan air kedua berasal dari pembangkit listrik yang menghasilkan energi untuk pusat data.
Pembangkit listrik tenaga batu bara, gas, dan nuklir menggunakan volume air yang besar untuk siklus uap dan pendinginan.
Sementara itu, pembangkit listrik tenaga surya terkonsentrasi, yang beroperasi mirip dengan pembangkit uap tradisional, juga bisa sangat boros air jika mengandalkan sistem pendinginan basah.
Sebaliknya, turbin angin dan panel surya hampir tidak menggunakan air setelah selesai dibangun, kecuali untuk pembersihan sesekali.
Baca juga: 8 Keterampilan Ini Tidak Bisa Digantikan AI, Apa Saja?
Dilansir dari Science Alert, Leo mengatakan bahwa penggunaan air pada sistem AI sangat bervariasi, tergantung lokasi penggunaannya.
Sebuah pusat data di Irlandia yang sejuk dan lembap sering kali dapat mengandalkan udara luar atau pendingin dan beroperasi selama berbulan-bulan dengan penggunaan air yang minimal.
Sebaliknya, pusat data di Arizona pada bulan Juli mungkin sangat bergantung pada pendinginan evaporatif.
Udara yang panas dan kering membuat metode ini sangat efektif, tetapi juga mengonsumsi air dalam jumlah besar, karena penguapan adalah mekanisme yang menghilangkan panas.
Selain itu, waktu juga berperan penting. Penelitian dari University of Massachusetts Amherst tahun 2017 menemukan bahwa pusat data mungkin hanya menggunakan setengah air di musim dingin dibandingkan musim panas.
Pada siang hari selama gelombang panas, sistem pendingin bekerja ekstra. Pada malam hari, permintaannya lebih rendah.
Baca juga: Terinspirasi dari AI, Bayi di Kolombia Diberi Nama Chat Yipiti
Namun, penggunaan air oleh model AI sangat bervariasi tergantung pada jenis model, efisiensi pusat data, dan lokasi.
Secara umum, model AI yang lebih kompleks membutuhkan lebih banyak energi, sehingga konsumsi airnya juga lebih tinggi.
Pada penggunaan GPT-5, satu respons untuk sekitar 150-200 kata dapat menggunakan hingga 39 mililiter air.
Pada GPT-4o, untuk respons dengan panjang yang sama, model ini menggunakan sekitar 3,5 mililiter air.
Pada penggunaan AI Gemini, laporan Google menyebutkan bahwa satu prompt teks rata-rata hanya menggunakan sekitar 0,26 mililiter air, atau setara dengan volume lima tetes.
Baca juga: Profesi di 3 Bidang Ini Aman dari AI dan Punya Gaji Tinggi, Apa Saja?
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini