Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Indonesia

Kompas.com - 04/09/2025, 19:15 WIB
Muhammad Zaenuddin

Penulis

KOMPAS.com - Maulid Nabi adalah peringatan atas hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiulawal.

Tahun ini, Maulid Nabi Muhammad SAW bertepatan dengan Jumat, 5 September 2025 atau 12 Rabiulawal 1447 H.

Di Indonesia, ada beragam tradisi khas yang dilakukan masyarakat muslim di berbagai daerah untuk memperingati Maulid Nabi.

Dirangkum dari pemberitaan Kompas.com, berikut adalah beberapa tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di berbagai daerah di Indonesia:

Baca juga: 45 Ucapan Maulid Nabi Muhammad SAW 2025, Penuh Doa dan Makna


1. Bungo Lado, Padang Pariaman

Bungo Lado merupakan tradisi Maulid Nabi masyarakat Padang Pariaman, Sumatera Barat, yang membuat pohon yang dihias dengan uang-uang kertas.

Uang tersebut didapat dari iuran warga dan dikoordinasi oleh kapala mudo atau ketua para pemuda (Karang Taruna).

Setelah jadi, Bungo Lado diarak menuju ke surau/masjid. Nantinya, uang tersebut digunakan dalam berbagai kegiatan keagamaan.

Baca juga: Sepiring Nasi Padang Disebut Makanan Multivitamin, Benarkah?

2. Grebeg Maulud, Yogyakarta dan Solo

Warga saat berebut pembagian gunungan oleh Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, di Halaman Masjid Gedhe Kauman, Kota Yogyakarta, Senin (16/9/2024).KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO Warga saat berebut pembagian gunungan oleh Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, di Halaman Masjid Gedhe Kauman, Kota Yogyakarta, Senin (16/9/2024).

Tradisi Grebeg Maulud adalah puncak acara dari perayaan Maulid Nabi di Kraton Kasultanan Yogyakarta, yang diawali dengan parade para pengawal istana atau bregada.

Selanjutnya, ada tujuh Gunungan yang dibawa meninggalkan Keraton Yogyakarta. Lima dibawa ke Masjid Gedhe Kauman dan dua gunungan dibawa ke Kepatihan dan Pura Pakualaman.

Baca juga: Jadwal dan Makna Rangkaian Acara Grebeg Besar Idul Adha 2025 Keraton Yogyakarta

Di sana nantinya akan dilakukan doa-doa sebelum akhirnya gunungan akan diperebutkan oleh masyarakat.

Tradisi serupa juga dilakukan di Solo, di mana warga berbondong-bondong memadati halaman Keraton Solo dan Masjid Agung.

Mereka hadir untuk merebut gunungan jaler dan estri yang diarak para abdi dalem Keraton Solo dari halaman Keraton Solo menuju halaman Masjid Agung.

Baca juga: Kapan Maulid Nabi 2025? Cek Tanggal Hijriah, Jadwal Libur, dan Keutamaan Memperingati

3. Nyiram Gong dan Panjang Jimat, Cirebon

Di Cirebon, Jawa Barat, ada tradisi Nyiram Gong, yakni membersihkan gamelan sekaten di kompleks Keraton Kanoman yang menjadi bagian dari rangkaian perayaan Maulid Nabi.

Maknanya adalah membersihkan diri untuk menyambut Maulid Nabi. Setelah itu, dilanjutkan dengan rangkaian ritual lainnya, yakni memayu Keraton Kanoman, tawurji, hingga puncaknya adalah panjang jimat.

Tradisi Panjang Jimat dilakukan serentak oleh tiga keraton, yakni Keraton Kanoman, Kasepuhan, dan Kacirebonan di makam Sunan Gunung Jati.

Acaranya dilakukan dengan pembacaan riwayat Nabi, pembacaan barzanji, kalimat Thayyibah, selawat Nabi, dan ditutup dengan berdoa bersama.

Baca juga: Tradisi Perayaan Malam 1 Suro Masyarakat di Jawa

4. Maudu Lompoa, Takalar

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW atau Maudu Lompoa Cikoang, kembali digelar Pemerintah Kabupaten Takalar, di Desa Cikoang, Kecamatan Mangarabombang, Minggu (10/1/2016). TRIBUN TIMUR/ WA ODE NURMIN Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW atau Maudu Lompoa Cikoang, kembali digelar Pemerintah Kabupaten Takalar, di Desa Cikoang, Kecamatan Mangarabombang, Minggu (10/1/2016).

Tradisi Maudu Lompoa di Desa Cikoang, Takalar, Sulawesi Selatan konon sudah ada sejak 1621, tepatnya saat ulama besar Aceh, Sayyid Jalaludin, datang ke Takalar untuk menyebarkan Islam.

Biasanya masyarakat memerlukan waktu persiapan selama 40 hari sebelum acara puncak perayaan ini dihelat.

Puncak acara tradisi Maudu Lompoa identik dengan julung-julung, yakni kapal kayu yang dihias kain warna-warni dan diisi dengan berbagai hasil bumi.

Baca juga: Daftar Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada Hari Ini dan Besok Saat Maulid Nabi 2025

5. Baayun Maulid, Kalimantan Selatan

Suku Banjar di Kalimantan Selatan memiliki tradisi Maulid Nabi yang disebut Baayun Maulid, yakni mengayun bayi atau anak sambil membaca syair Maulid.

Ayunan dibuat dari tiga lapis kain yaitu kain sarigading (sasirangan), kain kuning, dan kain bahalai (sarung panjang tanpa sambungan).

Biasanya, tradisi ini dilakukan di masjid atau surau setempat dengan harapan agar anak-anak tersebut bisa memiliki akhlak mulia seperti Nabi Muhammad SAW.

Baca juga: Tradisi 1 Muharam di Arab Saudi, Pemerintah Ganti Kiswah yang Menutupi Kabah

6. Walima, Gorontalo

Arak-arakan Tolangga berisi kue kolombengi dan toyopo berisi ayam atau ikan bakar jadi daya tarik pelaksanaan Walima di Gorontalo.KOMPAS.com/ ROSYID A AZHAR Arak-arakan Tolangga berisi kue kolombengi dan toyopo berisi ayam atau ikan bakar jadi daya tarik pelaksanaan Walima di Gorontalo.

Tradisi Walima diperkirakan sudah ada secara turun-temurun sejak kemunculan kerajaan-kerajaan Islam di Gorontalo pada abad ke-17.

Tradisi Walima dimulai dengan lantunan Dikili atau tradisi lisan zikir masyarakat Gorontalo yang dilakukan di masjid-masjid.

Setiap rumah akan membuat sejumlah makanan tradisional yang khas dan disusun di Tolangga (usungan kayu menyerupai perahu atau menara), kemudian dibawa dari rumah ke masjid.

Baca juga: Pilihan Poster dan Ucapan Maulid Nabi 2025 untuk Dibagikan

7. Weh-wehan, Kendal

Tradisi Weh-wehan adalah tradisi Maulid Nabi yang dilakukan dengan cara saling menukar makanan antartetangga di Kecamatan Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah.

Awalnya, Weh-wehan hanya dilakukan oleh warga Desa Krajan Kulon dan Desa Kutoharjo, Kaliwungu. Namun belakangan kebiasaan ini meluas ke seluruh kecamatan.

Tradisi ini diperkirakan berawal dari salah satu penyebar Islam di Kaliwungu, Kiai Haji Asyari (Kiai Guru), yang memberi makanan kepada masyarakat kampung pesantren sebagai bentuk kebahagiaan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Baca juga: Pernikahan Anak di Lombok Disorot, Begini Asal-usul Tradisi Kawin Culik

8. Endog-endogan, Banyuwangi

Kembang Endog pada Festival Endog-endogan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Banyuwangi, Jatim, Selasa (20/11/2018)ARSIP HUMAS PEMKAB BANYUWANGI Kembang Endog pada Festival Endog-endogan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Banyuwangi, Jatim, Selasa (20/11/2018)

Tradisi Endog-endogan atau Muludan Endog-endogan diperkirakan sudah ada sejak akhir abad ke-18, di mana saat itu Islam masuk ke wilayah Kerajaan Blambangan.

“Endog” sendiri berarti telur dalam bahasa Jawa, yang dipercaya sebagai simbol dari sebuah kelahiran.

Tradisi ini dilakukan dengan melakukan pawai keliling kampung dan festival kesenian dengan unsur utamanya adalah telur.

Baca juga: Bolehkah Berpuasa Saat Maulid Nabi Muhammad SAW?

9. Ampyang Maulid, Kudus

Ampyang Maulid merupakan tradisi perayaan Maulid Nabi yang diadakan setiap tahun oleh masyarakat Desa Loram Kulon dan Loram Wetan, Kecamatan Jati, Kudus, Jawa Tengah.

Masyarakat akan mengarak tandu gunungan berisikan nasi kepal yang dibungkus oleh daun jati dan gunungan yang berisikan buah-buahan dan hasil sayuran lainnya.

Tandu diarak saat kirab dan didoakan oleh tokoh pemuka dan sesepuh agama Islam di Loram Kulon, baru kemudian dibagikan pada warga setelah kirab berakhir.

Baca juga: Beragam Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Indonesia, Apa Saja?

 

(Sumber: Kompas.com/Aditya Priyatna Darmawan, Puspasari Setyaningrum, Labib Zamani | Editor: Sari Hardiyanto, Reni Susanti)

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Tren
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Tren
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Tren
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Tren
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Tren
Siapa Mukhtarudin yang Dilantik Prabowo Jadi Menteri P2MI Kabinet Merah Putih?
Siapa Mukhtarudin yang Dilantik Prabowo Jadi Menteri P2MI Kabinet Merah Putih?
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau