KOMPAS.com - Rumah Sakit Severance menjadi RS pertama di Korea Selatan yang menguji coba sistem 4 hari kerja untuk meningkatkan kesejahteraan para stafnya.
Seorang perawat dari RS yang berlokasi di Seoul itu, Go Kyoung-min (34) mengaku baru mendapatkan keseimbangan hidup dengan sistem ini, dilansir dari Aljazeera, Kamis (4/9/2025).
Sebab, dia adalah ibu dari balita kembar yang harus membagi waktu untuk bekerja dan mengurus anak.
Dengan mengambil empat hari kerja, Go menjadi tidak merasa bersalah karena terlalu bergantung kepada mertuanya dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak-anak.
Program ini telah diperkenalkan sejak 2023 dengan peraturan bahwa karyawan rumah sakit diizinkan mengambil cuti tiga hari per minggu dengan pengurangan gaji sebesar 10 persen.
Staf dapat mengambil libur 3 hari secara bergiliran dalam rotasi enam bulan, setelah itu mereka kembali bekerja lima hari dalam seminggu.
Baca juga: Korea Selatan Larang Penggunaan HP di Ruang Kelas Mulai 2026
Berdasarkan laporan Institut Pekerja Korea-Pusat Serikat Pekerja, program ini dinilai dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan perawat.
Program ini juga berdampak meningkatkan kualitas layanan medis, meningkatkan efisiensi organisasi, serta mengurangi tingkat pergantian karyawan.
Menurut laporan, pergantian perawat akibat resign kurang dari tiga tahun turun dari 19,5 persen menjadi 7 persen.
Rata-rata cuti sakit per karyawan juga menjadi turun satu hari selama uji coba. Sementara iu, RS dengan lima hari kerja seminggu mengalami peningkatan cuti sakit 0,7 hari.
Go mengonfirmasi data tersebut lewat pengalamannya. Ia mengatakan bahwa empat minggu kerja juga membantunya lebih fokus dan menjadi lebih ramah terhadap pasiennya.
"Dengan empat hari kerja, saya dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk mendengarkan pasien dan merawat mereka dengan tanggung jawab yang lebih besar," tutur Go.
Apa yang dialami Go mungkin dianggap tidak biasa di Korea Selatan, negara yang terkenal degan jam kerja yang panjang.
Dorongan untuk mereformasi budaya kerja Korea Selatan ini dibawa oleh Presiden Lee Jae-myung, dikutip dari Korea Herald, Selasa (17/6/2025).
Selama kampanye, Lee berjanji untuk mengenalkan sistem 4,5 hari kerja dan berpendapat bahwa kualitas kerja lebih baik dari kuantitas.
Baca juga: Bawa Laptop juga Printer, Tren Cajongkok Bikin Kesal Pemilik Kafe di Korea Selatan