Sementara itu, warga setempat Ni Kadek Sintya mengenang masa-masa ia biasa mengendarai skuternya melewati jalanan sepi Canggu, melewati sawah tempat ia biasa istirahat makan siang.
Namun, lima tahun kemudian, tempat itu kini menjadi salah satu kemacetan lalu lintas terparah di Bali.
"Sekarang, setiap kali saya melewati tempat saya dulu duduk, ada rasa sedih. Saya merasa Bali semakin terkikis dari hari ke hari." ucapnya.
Perubahan wajah Bali terjadi karena meningkatnya pariwisata, hotel, kafe, dan bar telah menyebar dari bagian selatan pulau yang padat.
Destinasi paling populer terbaru adalah Canggu, sebuah desa nelayan yang dulunya sepi, kini telah menjadi magnet bagi para peselancar dari seluruh dunia.
Canggu mengikuti jejak daerah lain, dari Uluwatu hingga Seminyak, daerah terpencil yang tenang yang telah berubah karena wisatawan mencari "permata tersembunyi" baru.
Belum lagi, hamper setiap bulannya ada turis nakal yang menjadi berita utama. Wisatawan mancanegara itu terlibat kecelakaan serius setelah naik skuter dalam keadaan mabuk atau tanpa helm.
Beberapa warga asing bahkan dideportasi karena telanjang di tempat suci di Bali.
Kepala Badan Narkotika Nasional Indonesia baru-baru ini memperingatkan adanya masalah yang berkembang di mana warga Rusia dan Ukraina terlibat dalam kegiatan kriminal di Bali.
Baca juga: 5 Fakta Banjir Bali: Dipicu Gelombang Ekuatorial Rossby dan Santunan untuk Korban Jiwa
Selama ini, Bali telah berubah menjadi pusat kehidupan kehidupan malam yang menawarkan kemewahan paling tinggi.
Meski demikian, ledakan pariwisata tidak menghasilkan keuntungan berkelanjutan.
Dikutip dari The Straits Times, pertumbuhan ekonomi Bali menurun menjadi 5,5 persen pada 2024 dari 5,7 persen pada 2023, sebagian disebabkan oleh penurunan rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara.
Kemacetan lalu lintas memadati jalan dan Kawasan ramai, seperti Canggu.
Para investor asing yang membangun vila-vila menggerogoti ketenangan sawah terasering yang awalnya menjadi cikal bakal Bali.
Kehidupan penduduk setempat juga telah berubah secara substansial. Pekerjaan konstruksi mengancam struktur rapuh pura-pura suci Hindu di pulau ini, dan air semakin sulit didapat.
Lebih dari 65 persen air tawar Bali disalurkan ke resor dan kolam rendam, yang menyebabkan ekstraksi berlebihan karena desa-desa beralih menggunakan air tanah.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang