KOMPAS.com - Lini masa Instagram tengah diramaikan dengan klaim soal bahaya menggoreng sayuran, terutama terong.
Dalam sebuah unggahan pengguna akun @farehali*** disebutkan, bahwa terong goreng berpotensi memicu tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Kebiasaan menyajikan sayuran goreng sebagai pendamping makan mulai dari terong, kol, hingga brokoli memang digemari banyak orang.
Teksturnya yang renyah dan rasa gurih dianggap menambah selera makan, terlebih saat disandingkan dengan nasi hangat.
Namun, dalam unggahan tersebut dijelaskan bahwa proses menggoreng dapat merusak tekstur alami sayuran dan membuatnya menyerap minyak dalam jumlah besar.
Lemak dari minyak goreng itulah yang kemudian dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular karena dapat menghambat aliran darah.
Baca juga: Benarkah Kol, Brokoli, dan Terong yang Digoreng Dapat Memicu Kanker? Ini Kata Ahli Gizi
Konten itu pun mengundang berbagai respons dari warganet. Beberapa pengguna meragukan klaim tersebut, sementara yang lain merasa tersentil karena sering mengonsumsi terong goreng.
“Terong sering saya goreng, sampai saat ini masih sehat aja. Di mana salahnya?” komentar akun @lawasem***.
“Orang tua dulu sehat-sehat aja tuh, umurnya panjang,” tulis @gojalisa***.
Lantas, benarkah terong goreng bisa memicu hipertensi?
Baca juga: Kol, Terong, dan Brokoli Goreng Disebut Sumber Penyakit, Benarkah Demikian?
Internist Dr. Andi Khomeini Takdir Haruni, SpPD(K) menjelaskan bahwa terong sebenarnya merupakan salah satu jenis sayuran yang mendukung kesehatan jantung.
Kandungan nutrisinya bahkan dikaitkan dengan kemampuan membantu menurunkan tekanan darah, layaknya sayur dan buah segar lainnya.
Namun, manfaat tersebut hanya optimal jika pengolahannya tepat, seperti direbus atau dikukus.
“Terong itu punya efek anti-hipertensi sama seperti sayur dan buah-buahan segar lainnya. Masih bermanfaat kalau diolah secara direbus,” jelas Chairman Junior Doctors Network (JDN) Indonesia itu kepada Kompas.com, Rabu (29/10/2025).
Menurut dokter yang akrab disapa dr Koko itu, masalah muncul ketika terong dipadukan dengan garam atau penyedap rasa berlebihan, sesuatu yang sering dilakukan saat menggoreng.