"Kami tidak mendengar teriakan mereka, tetapi kengerian itu terus berlangsung," ujarnya di hadapan Dewan Keamanan PBB, dikutip dari Anadolu Agency, Kamis (30/10/2025).
Fletcher menambahkan, satu dari lima korban di kota itu adalah anak-anak, sementara 90 persen anak di seluruh Sudan kini kehilangan akses pendidikan formal.
Baca juga: Sudan Dilanda Perang, Begini Proses Evakuasi Ratusan WNI ke Arab Saudi
Keterlibatan negara asing memperpanjang konflik. Dokumen PBB menunjukkan dugaan Uni Emirat Arab memasok senjata untuk RSF, sedangkan tentara Sudan menerima dukungan dari Iran dan Turki.
Negara-negara Arab seperti Mesir, Qatar, dan Turki telah menyerukan gencatan senjata, tetapi belum ada hasil konkret.
Fletcher menilai krisis ini mencerminkan kegagalan moral dunia internasional.
"Darah di pasir, darah di tangan kita," katanya dalam sidang PBB.
Dengan jatuhnya El-Fasher, RSF kini menguasai hampir seluruh wilayah Darfur. Analis memperingatkan risiko perpecahan Sudan menjadi dua wilayah seperti yang terjadi di Libya.
Sementara jutaan warga sipil masih melarikan diri ke kawasan perbatasan, PBB menyebut perang antara Burhan dan Hemedti telah menjelma menjadi bencana kemanusiaan terburuk abad ini.
Perang Sudan belum menunjukkan tanda berakhir, sementara dunia masih berdebat tentang siapa yang harus bertanggung jawab menghentikan kekerasan itu.
Baca juga: Gejala Penyakit Misterius yang Tewaskan Hampir 100 Orang di Sudan
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang