KOMPAS.com - Ribuan orang dilaporkan tewas di kota El-Fasher, ibu kota negara bagian Darfur Utara, Sudan Barat, setelah kota itu direbut oleh pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) pada Minggu (26/10/2025).
Kota El-Fasher merupakan benteng terakhir pasukan pemerintah Sudan atau Sudanese Armed Forces (SAF) di wilayah Darfur.
Jatuhnya kota ini menandai kemenangan besar RSF sekaligus babak baru perang saudara Sudan yang telah berlangsung sejak April 2023.
Baca juga: Longsor Sudan Timbun Desa dan Tewaskan Lebih dari 1.000 Orang, Hanya 1 yang Selamat
El-Fasher dilaporkan telah dikepung RSF selama 18 bulan, dengan jalur pasokan makanan dan bantuan kemanusiaan sepenuhnya ditutup.
Akibat blokade itu, ratusan ribu warga sipil terperangkap di dalam kota tanpa akses memadai terhadap makanan, air, dan obat-obatan.
Menurut laporan SAF, hingga Rabu (29/10/2025), sedikitnya 2.000 orang tewas dalam serangan tersebut. Sementara Jaringan Dokter Sudan mencatat lebih dari 1.500 korban jiwa.
Banyak warga yang bertahan hidup hanya dengan makanan ternak, sementara 1,2 juta penduduk masih terisolasi di dalam kota selama pengepungan.
Dilansir dari Al Jazeera, RSF membangun barikade sepanjang 56 kilometer untuk menutup seluruh akses masuk ke El-Fasher, termasuk jalur pelarian warga sipil.
Sejumlah video yang diverifikasi memperlihatkan anggota RSF mengeksekusi dan menyiksa warga sipil.
Baca juga: Longsor Sudan Timbun Desa dan Tewaskan Lebih dari 1.000 Orang, Hanya 1 yang Selamat
Organisasi HAM menuduh kelompok itu melakukan pembunuhan massal, penahanan sewenang-wenang, serta penyerangan terhadap rumah sakit dan tempat perlindungan warga.
Kantor HAM PBB menyebut tindakan RSF termasuk eksekusi langsung terhadap warga yang mencoba melarikan diri, dengan indikasi kuat adanya motif etnis dalam serangan tersebut.
Citra satelit yang dianalisis oleh Humanitarian Research Lab (HRL) Universitas Yale menunjukkan gundukan tanah baru dan genangan darah di beberapa lokasi, menguatkan dugaan terjadinya pembantaian massal.
Dalam dua hari terakhir, lebih dari 26.000 orang dilaporkan berhasil melarikan diri dari El-Fasher menuju Tawila, sekitar 70 kilometer di barat kota.
Namun, sekitar 177.000 warga masih terjebak di dalam kota, menurut Organisasi Migrasi Internasional (IOM).
Gelombang kekerasan kini juga meluas ke Bara, negara bagian Kordofan Utara, yang direbut RSF sejak 25 Oktober. Di wilayah itu, RSF dilaporkan menyerang warga sipil dan pekerja kemanusiaan.