Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2.000 Warga Sudan Dilaporkan Dibunuh RSF, Apa yang Terjadi di El-Fasher? 

Kompas.com - 30/10/2025, 14:45 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Sumber Al Jazeera

KOMPAS.com - Ribuan orang dilaporkan tewas di kota El-Fasher, ibu kota negara bagian Darfur Utara, Sudan Barat, setelah kota itu direbut oleh pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) pada Minggu (26/10/2025).

Kota El-Fasher merupakan benteng terakhir pasukan pemerintah Sudan atau Sudanese Armed Forces (SAF) di wilayah Darfur.

Jatuhnya kota ini menandai kemenangan besar RSF sekaligus babak baru perang saudara Sudan yang telah berlangsung sejak April 2023.

Baca juga: Longsor Sudan Timbun Desa dan Tewaskan Lebih dari 1.000 Orang, Hanya 1 yang Selamat


Apa yang sedang terjadi di El-Fasher?

El-Fasher dilaporkan telah dikepung RSF selama 18 bulan, dengan jalur pasokan makanan dan bantuan kemanusiaan sepenuhnya ditutup.

Akibat blokade itu, ratusan ribu warga sipil terperangkap di dalam kota tanpa akses memadai terhadap makanan, air, dan obat-obatan.

Menurut laporan SAF, hingga Rabu (29/10/2025), sedikitnya 2.000 orang tewas dalam serangan tersebut. Sementara Jaringan Dokter Sudan mencatat lebih dari 1.500 korban jiwa.

Banyak warga yang bertahan hidup hanya dengan makanan ternak, sementara 1,2 juta penduduk masih terisolasi di dalam kota selama pengepungan.

Dilansir dari Al Jazeera, RSF membangun barikade sepanjang 56 kilometer untuk menutup seluruh akses masuk ke El-Fasher, termasuk jalur pelarian warga sipil.

Sejumlah video yang diverifikasi memperlihatkan anggota RSF mengeksekusi dan menyiksa warga sipil.

Baca juga: Longsor Sudan Timbun Desa dan Tewaskan Lebih dari 1.000 Orang, Hanya 1 yang Selamat

Organisasi HAM menuduh kelompok itu melakukan pembunuhan massal, penahanan sewenang-wenang, serta penyerangan terhadap rumah sakit dan tempat perlindungan warga.

Kantor HAM PBB menyebut tindakan RSF termasuk eksekusi langsung terhadap warga yang mencoba melarikan diri, dengan indikasi kuat adanya motif etnis dalam serangan tersebut.

Citra satelit yang dianalisis oleh Humanitarian Research Lab (HRL) Universitas Yale menunjukkan gundukan tanah baru dan genangan darah di beberapa lokasi, menguatkan dugaan terjadinya pembantaian massal.

Dalam dua hari terakhir, lebih dari 26.000 orang dilaporkan berhasil melarikan diri dari El-Fasher menuju Tawila, sekitar 70 kilometer di barat kota.

Namun, sekitar 177.000 warga masih terjebak di dalam kota, menurut Organisasi Migrasi Internasional (IOM).

Kekerasan menyebar ke wilayah lain

Gelombang kekerasan kini juga meluas ke Bara, negara bagian Kordofan Utara, yang direbut RSF sejak 25 Oktober. Di wilayah itu, RSF dilaporkan menyerang warga sipil dan pekerja kemanusiaan.

Halaman:


Terkini Lainnya
Puasa Ayyamul Bidh November 2025 Mulai Besok, Ini Jadwal Lengkap dengan Niat dan Keutamaannya
Puasa Ayyamul Bidh November 2025 Mulai Besok, Ini Jadwal Lengkap dengan Niat dan Keutamaannya
Tren
Daftar 25 Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026, Ada 5 Long Weekend
Daftar 25 Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026, Ada 5 Long Weekend
Tren
Anak Kembar Identik Tenyata Tak Punya IQ Sama, Ini Penjelasan Studi
Anak Kembar Identik Tenyata Tak Punya IQ Sama, Ini Penjelasan Studi
Tren
7 Fakta di Balik Vidi Aldiano Hiatus, Rehat Perdana sejak 2014 dan Siapkan Album Baru
7 Fakta di Balik Vidi Aldiano Hiatus, Rehat Perdana sejak 2014 dan Siapkan Album Baru
Tren
Dark Jokes Ternyata Cermin Kecerdasan dan Ketenangan Emosi, Ini Penjelasan Ilmuwan
Dark Jokes Ternyata Cermin Kecerdasan dan Ketenangan Emosi, Ini Penjelasan Ilmuwan
Tren
PB XIII Mangkat: Ini Rute Kirab, Aturan bagi Pelayat, dan Makna Pemakaman di Imogiri
PB XIII Mangkat: Ini Rute Kirab, Aturan bagi Pelayat, dan Makna Pemakaman di Imogiri
Tren
10 Negara Paling Menyatu dengan Alam, Ada Indonesia?
10 Negara Paling Menyatu dengan Alam, Ada Indonesia?
Tren
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Tren
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Tren
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
Tren
Kisah Bayi '7-Eleven' yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Kisah Bayi "7-Eleven" yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Tren
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Tren
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Tren
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Tren
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau