Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Harry Pantja, Benarkah Kurang Tidur Picu Stroke? Ini Kata Dokter…

Kompas.com - 06/06/2025, 12:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Aktor dan presenter Dunia Lain Harry Pantja mengungkapkan kurang tidur menjadi pemicu ia mengalami stroke.

Pada 2016, Harry Pantja pertama kali mengalami stroke dengan tingkat keparahan masih ringan, di mana masih jari saja yang mengalami dampaknya.

Sayangnya, serangan stroke kembali ia alami dengan lebih parah pada 2017, di mana sudah hampir bagian tangan kanan yang mengalami kelumpuhan.

Pada 2020, Harry Pantja kembali mengalami stroke berulang.

Dengan riwayat kesehatan tersebut, pria usia 58 tahun ini merenung dan menganggap bahwa kurang tidur adalah pemicu awal stroke pertamanya.

“Dulu kan terbalik hidupnya, dari malam ke siang, siang ke malam,” ujar Harry tentang rutinitasnya saat masih aktif syuting.

“Tidur kurang, enggak istirahat. Makan sih aman,” imbuhnya.

Lalu, benarkah tidur bisa memicu stroke? Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia Dr. Santi akan menjelaskannya.

Baca juga: Alami Stroke Berulang, Harry Pantja Sebut Kurang Tidur Jadi Pemicu

Hubungan tidur dengan stroke

Santi menguatkan pernyataan Harry Panjta bahwa tidur memang bisa menjadi pemicu terjadinya stroke.

Kepada Kompas.com pada Kamis (5/6/2025), Santi mengatakan bahwa kurang tidur adalah faktor risiko stroke.

“Kebiasaan kurang tidur secara bermakna akan meningkatkan risiko terkena stroke, baik stroke akibat sumbatan atau pendarahan,” kata Santi.

Ia menjelaskan bahwa kurang tidur dalam jangka waktu lama (kronis) akan menimbulkan hutang tidur yang akan meningkatkan risiko terkena hipertensi.

“Seperti kita ketahui, hipertensi merupakan faktor risiko utama dalam terjadinya stroke,” ucapnya.

Hormon stres atau kortisol akan meningkat ketika kita kurang tidur. Akibatnya, itu akan menyebabkan reaksi peradangan dalam pembuluh darah dan berujung pada kerusakan pembuluh darah.

Kurang tidur erat kaitannya dengan gangguan sensitivitas insulin, yang dapat berkembang menjadi diabetes. Diabetes merupakan faktor risiko terjadinya stroke,” tambahnya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau