WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pernyataan terbaru Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenai Ukraina kembali memicu kontroversi.
Dalam wawancara dengan Fox News yang disiarkan pada Senin (10/2/2025), Trump menyebut bahwa Ukraina "mungkin akan menjadi Rusia suatu hari nanti".
Pernyataan tersebut langsung mendapat tanggapan positif dari Moskwa. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan bahwa sebagian besar wilayah Ukraina memang ingin bergabung dengan Rusia.
Baca juga: Menkeu AS Kunjungi Ukraina, Bahas Isu Energi dan Mineral Tanah Jarang
"Fakta bahwa sebagian besar Ukraina ingin menjadi Rusia, dan telah melakukannya adalah fakta," ujar Peskov, merujuk pada pencaplokan empat wilayah Ukraina oleh Rusia pada 2022 melalui referendum yang banyak dikritik komunitas internasional sebagai tidak sah.
Di Ukraina, pernyataan Trump menuai kemarahan. Warga menganggap hal tersebut sebagai bentuk penghinaan terhadap kedaulatan negara mereka.
"Itu semacam kegilaan orang pikun," ujar Daniil, seorang warga Kyiv, dikutip dari AFP pada Rabu (12/2/2025).
Seorang tentara Ukraina bernama Mykola yang ditemui di pusat kota Kyiv juga menentang keras pernyataan Trump.
"Dia bisa berpikir apa saja dan mengatakan apa pun, tetapi Ukraina tidak akan pernah menjadi Rusia," tegasnya.
Baca juga: Presiden Ukraina Tawarkan Tukar Tanah dengan Rusia
Sebelumnya, ia pernah secara terbuka menyangkal temuan intelijen AS tentang campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016, yang turut menguntungkan Partai Republik.
Namun, dalam beberapa pekan terakhir, Trump juga meminta Rusia untuk mencari jalan kompromi guna mengakhiri perang dengan Ukraina.
Ia menyarankan Putin untuk mempertimbangkan kerugian besar yang telah diderita dalam konflik tersebut.
Di tengah pernyataan kontroversial Trump, situasi di medan perang antara Ukraina dan Rusia masih terus memanas. Kedua pihak berupaya mengamankan posisi strategis menjelang kemungkinan negosiasi damai.
Di sisi lain, pasukan Rusia terus melancarkan serangan di beberapa wilayah Ukraina. Moskwa dilaporkan berhasil merebut sebuah desa serta melancarkan serangan udara yang menewaskan dua warga sipil.
Baca juga: AS Akan Desak Eropa Beli Lebih Banyak Senjata buat Ukraina
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini