Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mustakim
Jurnalis

Eksekutif Produser program talkshow Satu Meja The Forum dan Rosi Kompas TV

Teror Kepala Babi dan Komunikasi Publik yang Nir-empati

Kompas.com - 26/03/2025, 11:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SUDAH, dimasak saja.” Demikian komentar ringan Hasan Nasbi saat dimintai tanggapan terkait teror kepala babi yang dikirimkan ke kantor redaksi Tempo.

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) ini menyarankan agar bangkai kepala babi itu dimasak saja.

Komentar Hasan Nasbi langsung menuai kecaman dari berbagai kalangan. “Juru Bicara” Istana ini dianggap tak memahami substansi dan tak memiliki empati terhadap teror yang menimpa salah satu media massa di Indonesia ini.

Hasan Nasbi terkesan menganggap enteng dan remeh teror yang menarik perhatian publik. Padahal, bisa jadi teror ini tak hanya dialamatkan kepada Tempo semata, tapi juga kepada semua media massa. Karena, teror serupa bisa menimpa media massa mana saja dan kapan saja.

Baca juga: Kebijakan Tanpa Narasi

Bukan yang pertama

Hasan Nasbi bukan yang pertama. Sebelumnya, sejumlah pejabat pemerintah juga melakukan gaya komunikasi serupa.

Sebut saja pernyataan Menteri Percepatan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Rachmat Pambudy yang mengatakan makan bergizi gratis (MBG) lebih mendesak dibanding memberikan lapangan pekerjaan.

Di tengah gelombang pemutusan hubungan keja (PHK) di sejumlah perusahaan dan tingginya angka pengangguran, pernyataan ini dinilai jauh dari simpati dan empati.

Wakil Menteri Agama Muhammad Syafi’I juga dinilai tak peka karena menyebut permintaan Tunjangan Hari Raya (THR) oleh Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) kepada perusahaan, pedagang dan lembaga adalah budaya Indonesia.

Pasalnya, pernyataan ini seolah melegalkan aksi “pemalakan” yang dilakukan sekelompok orang. Padahal aksi ini dianggap meresahkan dan sejumlah pelakunya sudah ditangkap polisi.

Jika dibeberkan bisa panjang, mulai dari Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hidayana yang menyebut Timnas sepak bola Indonesia susah menang karena kurang gizi dan lahir dari kampung.

Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Maruli Simanjuntak yang menyebut para pengkritik terkait revisi UU TNI sebagai 'orang-orang berotak kampungan'.

Lalu, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian yang menyebut perekonomian Indonesia lebih hebat daripada Timor Leste.

Baca juga: MBG Lebih Mendesak daripada Lapangan Kerja?

Kebijakan yang “tak sejalan”

Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah juga kerap menjadi ”bola liar” karena tidak tersampaikan dengan baik sebelum diberlakukan.

Misalnya, soal rencana kenaikan PPN 12 persen. Publik dibuat bingung dengan pernyataan berbeda-beda dan terkesan tak sejalan di antara sesama pejabat pemerintahan.

Kasus serupa juga terulang terkait kebijakan distribusi gas elpiji bersubsidi. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengeluarkan kebijakan penghentian penjualan gas elpiji 3 kg untuk pengecer.

Halaman:


Terkini Lainnya
Kesaksian Pihak Orkes Sidang MPR soal Anggota DPR Joget: Lagunya Gembira
Kesaksian Pihak Orkes Sidang MPR soal Anggota DPR Joget: Lagunya Gembira
Nasional
OTT, KPK Tangkap Gubernur Riau Abdul Wahid
OTT, KPK Tangkap Gubernur Riau Abdul Wahid
Nasional
Jadi Pilot Airbus A400M Pertama, Mayor Riki Sihaloho: Senang dan Bersyukur!
Jadi Pilot Airbus A400M Pertama, Mayor Riki Sihaloho: Senang dan Bersyukur!
Nasional
Materi soal Pekerja Migran Akan Diajarkan di Sekolah Rakyat
Materi soal Pekerja Migran Akan Diajarkan di Sekolah Rakyat
Nasional
Kepala BGN Tegaskan Tak 'Plek' Contoh MBG India: Kita Beda Banget
Kepala BGN Tegaskan Tak "Plek" Contoh MBG India: Kita Beda Banget
Nasional
Penjarahan Rumah Sri Mulyani hingga Sahroni Disebut Sudah Direncanakan
Penjarahan Rumah Sri Mulyani hingga Sahroni Disebut Sudah Direncanakan
Nasional
BGN Akui Keracunan MBG Masih Terjadi, Kebanyakan karena Kualitas Air
BGN Akui Keracunan MBG Masih Terjadi, Kebanyakan karena Kualitas Air
Nasional
Pilot A400M Jalani Latihan Tambahan 30 Hari Usai Mendarat di Lanud Halim
Pilot A400M Jalani Latihan Tambahan 30 Hari Usai Mendarat di Lanud Halim
Nasional
Dugaan Mark Up Whoosh, KAI Siap Suplai Data dan Beri Kesaksian
Dugaan Mark Up Whoosh, KAI Siap Suplai Data dan Beri Kesaksian
Nasional
KSPSI Sidak Pabrik Ban Bareng Dasco: Perusahaan Tak Patuh Akan Dipanggil DPR
KSPSI Sidak Pabrik Ban Bareng Dasco: Perusahaan Tak Patuh Akan Dipanggil DPR
Nasional
Dari Langit Eropa ke Indonesia: Perjalanan Panjang Mayor Riki Bawa Pulang Airbus A400M Pertama ke Tanah Air
Dari Langit Eropa ke Indonesia: Perjalanan Panjang Mayor Riki Bawa Pulang Airbus A400M Pertama ke Tanah Air
Nasional
Ini 'Tugas' dari Prabowo untuk Pesawat A400M: Evakuasi hingga Misi Kemanusiaan
Ini "Tugas" dari Prabowo untuk Pesawat A400M: Evakuasi hingga Misi Kemanusiaan
Nasional
KPK Terbitkan Sprindik Baru Kasus Pengadaan Minyak Mentah dan Produk Kilang
KPK Terbitkan Sprindik Baru Kasus Pengadaan Minyak Mentah dan Produk Kilang
Nasional
Dasco Sidak ke Pabrik Ban Michelin karena Endus Pelanggaran PHK
Dasco Sidak ke Pabrik Ban Michelin karena Endus Pelanggaran PHK
Nasional
Menteri PPPA Harap Tak Ada Lagi Domestikasi Perempuan di DPR
Menteri PPPA Harap Tak Ada Lagi Domestikasi Perempuan di DPR
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau