PALEMBANG, KOMPAS.com - Operasi pasar murah yang digelar di berbagai wilayah Kota Palembang membuat nasib Koperasi Merah Putih terancam.
Program Presiden Prabowo Subianto ini awalnya dibentuk untuk menjaga daya beli masyarakat. Namun kehadiran pasar murah justru berdampak negatif terhadap pemasukan koperasi.
Ketua Koperasi Merah Putih Sukodadi, Kecamatan Sukarami, Palembang, Nanang Taat Suyudana menjelaskan, koperasi tersebut diresmikan pada awal Mei 2025.
Koperasi ini mendapatkan sambutan antusias dari warga setempat yang berbondong-bondong membeli kebutuhan pokok. Dalam sepekan, koperasi berhasil menjual hingga 2 ton beras SPHP.
“Pada awal buka, pemasukan bisa sampai Rp 6 juta bahkan Rp 9 juta per hari. Kami begitu optimis saat pembukaan di awal,” kata Nanang saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (16/10/2025).
Baca juga: Merah Putih di Hati, Bukan di Dinding: Perjuangan 58 Koperasi Desa Bangkitkan Ekonomi Lebak
Namun, seiring berjalannya waktu, minat pembeli mulai menurun. Hal ini disebabkan banyaknya operasi pasar yang dilakukan pemerintah daerah dengan harga jual yang jauh lebih murah dibanding koperasi.
“Awal pertengahan September kami sudah berhenti jualan minyak dan beras karena adanya operasi pasar ini,” ujarnya.
Beras SPHP dijual di Koperasi Merah Putih Sukodadi seharga Rp 62.500 per 5 kg, sedangkan di pasar murah berkisar Rp 57.000-58.000 per 5 kg.
Minyak goreng subsidi (Minyak Kita) dijual seharga Rp 15.500 per liter, sementara di pasar murah harganya hanya Rp 14.700 per liter.
“Kalau selama masih ada operasi pasar murah, Koperasi Merah Putih bisa mati. Kami minta operasi pasar harus berhenti,” jelasnya.
Baca juga: Awalnya Diremehkan, Koperasi Merah Putih yang Dijalankan Anak Muda Kini Penggerak Ekonomi Desa
Ilustrasi gas LPG 3 kg. Nanang menambahkan, Koperasi Merah Putih sebenarnya memberikan manfaat langsung kepada warga sekitar.
Ia mencontohkan penjualan gas elpiji 5 kilogram yang menjadi kebutuhan sehari-hari, di mana setiap RT/RW mendapatkan sekitar 20 tabung per minggu, dan seluruh tabung gas tersebut diantarkan langsung ke masyarakat.
“Jadi kami bertahan sekarang hanya dengan jualan gas. Memang ke depannya rencananya akan buka klinik dan apotek di sini, dan itu masih dalam penjajakan,” jelasnya.
Selain tantangan dari pasar murah, Koperasi Merah Putih juga menghadapi masalah modal.
Koperasi ini menggunakan dana sendiri yang berasal dari masyarakat kawasan Sukodadi.
Meskipun dijanjikan pinjaman modal sebesar Rp 5 miliar untuk mendirikan koperasi, hingga saat ini dana tersebut belum juga diterima.
“Kami pun tak ada gaji, malah modal awal dari dana sendiri. Sejak awal berdiri sampai sekarang sudah mengeluarkan dana kas Rp 40 juta. Kenyataannya, pengurus itu berdarah-darah. Ada yang mau ganti pengurus, kami ikhlas,” ungkap Nanang.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang