LONDON, KOMPAS.com - Seorang perempuan asal Nigeria yang tinggal di Inggris, dengan nama samaran Susan, ditangkap di Bandara Gatwick, London, pada musim panas 2024. Ia dituduh menyelundupkan seorang bayi perempuan ke Inggris.
Susan, yang tinggal di West Yorkshire bersama suami dan anak-anaknya, sebelumnya sempat memberi tahu dokter umum bahwa dirinya hamil sebelum pergi ke Nigeria.
Namun, hasil pemeriksaan medis menunjukkan hal itu tidak benar. Dokter justru menemukan adanya tumor yang dicurigai bersifat kanker. Meski begitu, Susan menolak menjalani perawatan.
Baca juga: Kemenkes Belgia: 52 Bayi Lahir dari Donor Sperma dengan Gen Risiko Kanker
Kepada majikannya, Susan bersikeras bahwa kehamilannya tidak terdeteksi oleh alat pemindai. "Bayi saya selalu tersembunyi," ujarnya, dikutip dari BBC pada Senin (14/7/2025).
Ia bahkan mengeklaim pernah hamil hingga 30 bulan.
Pada Juni 2024, Susan terbang ke Nigeria dengan alasan ingin melahirkan di sana. Sebulan kemudian, ia kembali ke Inggris membawa seorang bayi perempuan yang kemudian disebut Eleanor.
Kepulangan itu memicu kecurigaan, hingga akhirnya Susan ditangkap oleh Kepolisian Sussex atas dugaan perdagangan manusia.
Meski sempat dibebaskan dengan jaminan, penyelidikan lebih lanjut terus berjalan. Susan, suaminya, dan Eleanor pun menjalani tes DNA.
Hasilnya mengejutkan: tidak ada hubungan genetik di antara mereka. Meski Susan menuntut tes kedua, hasilnya tetap sama.
Susan kemudian mengubah pernyataannya. Ia mengaku telah menjalani program bayi tabung (IVF) menggunakan donor sel telur dan sperma sebelum pindah ke Inggris pada 2023. Ia juga menyerahkan surat dari rumah sakit di Nigeria dan dokumen klinik IVF sebagai bukti.
Baca juga: 100 Bayi Prematur di Gaza Terancam Meninggal karena Blokade Israel
Namun, penyelidikan yang dilakukan Henrietta Coker, pakar perlindungan anak dari Pengadilan Keluarga Leeds, membongkar kebohongan itu.
Coker menemukan bahwa surat-surat yang diberikan Susan palsu. Rumah sakit tempat Susan mengaku menjalani IVF tidak memiliki catatan atas namanya.
Tempat ia mengeklaim melahirkan pun ternyata hanyalah apartemen kumuh dengan dinding bernoda dan karpet kotor, dihuni remaja-remaja berseragam perawat.
Dokter yang disebut dalam surat kelahiran juga mengonfirmasi bahwa memang ada persalinan terjadi, tetapi bukan oleh Susan.
Coker menjelaskan kepada pengadilan soal praktik "pabrik bayi" di Nigeria, tempat perempuan-perempuan muda dipaksa hamil untuk kemudian bayinya dijual. Menurutnya, lebih dari 200 pabrik bayi ilegal telah ditutup di Nigeria dalam lima tahun terakhir.