Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Kekurangan Gizi Terus Berdatangan ke RS di Gaza, Dokter: Jumlahnya Meningkat

Kompas.com - 15/08/2025, 15:52 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AP News

GAZA, KOMPAS.com – Gelombang anak-anak dengan kondisi kekurangan gizi terus berdatangan setiap hari ke Rumah Sakit Nasser di Gaza.

Salah satu yang meninggal adalah Ro’a Mashi, bocah berusia 2,5 tahun. Tubuhnya tinggal tulang, matanya cekung, dan tidak memiliki riwayat penyakit bawaan.

Menurut dokter, kondisinya memburuk selama berbulan-bulan akibat keluarga kesulitan mendapatkan makanan dan perawatan.

Baca juga: Pemimpin Hamas Tiba di Mesir untuk Hidupkan Lagi Rencana Gencatan Senjata Gaza

Foto jenazah Ro’a yang diambil di rumah sakit diperlihatkan keluarganya kepada The Associated Press. Kebenaran foto tersebut dikonfirmasi dokter yang menerima jenazah.

Beberapa hari setelah kematian Ro’a, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pada Minggu (10/8/2025), menyatakan kepada media lokal.

“Tidak ada kelaparan di Gaza. Yang ada hanyalah kekurangan, dan tentu saja tidak ada kebijakan kelaparan,” terang Netanyahu.

Netanyahu membantah laporan kelaparan dan menyebutnya sebagai kebohongan yang disebarkan Hamas. Ia juga menuduh kelompok tersebut mengalihkan bantuan, klaim yang dibantah PBB.

Sementara itu, juru bicara PBB Stephane Dujarric memperingatkan pekan ini bahwa kelaparan dan kekurangan gizi di Gaza berada pada tingkat tertinggi sejak perang dimulai.

Data PBB menunjukkan hampir 12.000 anak di bawah usia 5 tahun mengalami malnutrisi akut pada Juli 2025. Lebih dari 2.500 di antaranya menderita malnutrisi berat, kondisi yang paling berbahaya. WHO memperkirakan jumlah sebenarnya bisa lebih tinggi.

Dalam dua pekan terakhir, Israel mengizinkan masuknya pasokan makanan ke Gaza tiga kali lebih banyak dibanding akhir Mei.

Baca juga: 5 Negara Ini Akan Akui Palestina, Apakah Bisa Ubah Situasi di Gaza?

 

Sebelumnya, pasokan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan lain dilarang masuk selama 2,5 bulan sebagai tekanan terhadap Hamas untuk membebaskan sandera perang 2023.

Peningkatan pasokan membuat harga beberapa bahan pangan turun, meski masih jauh lebih mahal dibanding sebelum perang.

Namun, menurut Alex DeWaal, Direktur Eksekutif World Peace Foundation di Universitas Tufts, bantuan pangan tidak otomatis menyelamatkan anak-anak dengan malnutrisi parah.

“Kita berbicara tentang ribuan anak yang perlu dirawat di rumah sakit jika mereka ingin bertahan hidup,” kata DeWaal. Ia menambahkan, jika peningkatan pasokan dilakukan dua bulan lalu, banyak anak bisa terhindar dari kondisi ini.

Situasi juga terancam memburuk dengan rencana serangan baru Israel untuk merebut Kota Gaza dan kamp tenda yang menampung sebagian besar penduduk. PBB memperingatkan, hal itu dapat memicu gelombang pengungsian baru dan mengganggu distribusi bantuan.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau