Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpukul oleh Tarif Trump, Petani di India Ingin Ganti Profesi

Kompas.com - 19/08/2025, 18:15 WIB
Inas Rifqia Lainufar

Penulis

Sumber Reuters

ANDHRA PRADESH, KOMPAS.com – Petani tambak udang di India terpukul keras oleh kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) yang mencapai 50 persen.

Kondisi ini membuat sebagian petani berencana meninggalkan usaha tambak dan beralih ke profesi lain.

V Srinivas (46), petani dari Desa Veeravasaram di pesisir selatan India, mengaku sedang mempertimbangkan langkah tersebut setelah penghasilan dari tambak udang tidak lagi menutup biaya produksi maupun cicilan utang.

Baca juga: Brazil Ogah “Berlutut” di Depan AS, Siap Hadapi Tarif Trump

“Saya sedang berpikir apakah harus beralih ke budidaya ikan. Harga sekarang tidak memberi keuntungan, dan saya tidak bisa melunasi pinjaman,” ujarnya.

Srinivas telah menggadaikan tanah keluarganya dan memiliki utang sekitar 45.800 dollar AS (sekitar Rp 743 juta).

India pasok udang ke AS

Andhra Pradesh adalah daerah penghasil udang terbesar India untuk pasar AS.

Namun, sejak tarif impor 25 persen diberlakukan dan tambahan 25 persen lagi akan berlaku mulai 27 Agustus, eksportir menurunkan harga beli udang dari petani hingga 20 persen.

Kondisi ini menghapus hampir seluruh margin keuntungan petambak.

AS merupakan pasar utama bagi udang India dengan klien besar seperti Walmart dan Kroger.

Tahun lalu, nilai ekspor produk laut India mencapai 7,4 miliar dollar AS (sekitar Rp 120 triliun), dengan 40 persen berasal dari udang.

Sebagai perbandingan, Ekuador—pesaing utama India—hanya menghadapi tarif 15 persen, memberi mereka keuntungan kompetitif.

Ketua Asosiasi Eksportir Produk Laut India, Pawan Kumar, mengatakan pesanan dari AS terhenti beberapa pekan terakhir.

“Pembeli tidak mau menanggung tarif, begitu juga eksportir, sehingga kami terpaksa menurunkan harga ke petani. Diversifikasi ke pasar lain seperti China, Jepang, atau Inggris memang perlu, tapi itu tidak bisa terjadi dalam semalam,” katanya.

Baca juga: Warga India Balas Tarif Trump, Ajak Boikot Produk AS

Banyak petambak kini mencari cara lain untuk bertahan. Dari 12 petani yang diwawancarai Reuters, enam di antaranya mempertimbangkan berhenti sementara dan beralih ke usaha lain, mulai dari budidaya ikan hingga perdagangan sayuran. Sisanya memilih menunggu meski tetap terbebani cicilan, biaya listrik, pakan, dan sewa lahan.

“Selama ini hanya ada 20–25 persen keuntungan pada hari baik, dan kalau itu habis, tidak ada lagi yang tersisa,” ujar Gopinath Duggineni, ketua serikat lokal di Kota Ongole.

Ia menambahkan, para petani berencana meminta bantuan keuangan dari pemerintah negara bagian.

Sementara itu, Ekuador memantau situasi untuk memanfaatkan peluang pasar.

“Ekspor India sangat bergantung pada AS, sama seperti kami bergantung pada China. Jadi inilah kesempatan kami untuk mengambil pasar jika India mundur,” kata Jose Antonio Camposano, Presiden Kamar Akuakultur Nasional Ekuador.

Baca juga: Curhat Petambak Udang Indonesia Kena Tarif Trump 19 Persen, Kalah Saing dengan Ekuador

 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau