Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inggris Bayar Rp 62 Miliar atas Kebakaran Kenya, Warga Hanya Terima Rp 2,7 Juta

Kompas.com - 22/08/2025, 13:16 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber CNN

KOMPAS.com - Pemerintah Inggris setuju membayar kompensasi hampir 4 juta dollar AS atau sekitar Rp 62 miliar kepada ribuan warga Kenya yang terdampak kebakaran saat latihan militer pada 2021.

Kebakaran terjadi pada 2021 di Suaka Margasatwa Lolldaiga, Kenya tengah, tersebut membakar lebih dari 10.000 hektar lahan. 

Akibat kebakaran skala besar itu, masyarakat sekitar mengaku menimbulkan masalah kesehatan jangka panjang, merusak properti, serta mencemari lingkungan. Beberapa keluarga bahkan kehilangan saudara akibat penyakit yang muncul setelah kebakaran.

Baca juga: Kebakaran Hutan Mengerikan di Spanyol, Terbesar Sejak 20 Tahun Terakhir

Api diyakini muncul secara tidak sengaja ketika pasukan Inggris berlatih di kawasan konservasi tersebut, sebagaimana dilansir CNN, Kamis (21/8/2025).

Salah satu warga, Hannah Wanjiku, menuturkan cucunya sakit dan dirinya mengalami gangguan pernapasan. 

"Kami menjalani kehidupan yang sulit. Jika kami mendapatkan uang ini, kami akan pergi," ujar Wanjiku kepada CNN.

Warga lain menunjukkan inhaler sambil menjelaskan bahwa banyak tetangganya membutuhkan obat untuk bernapas dan kerap dirawat di rumah sakit pascakebakaran.

Baca juga: Kebakaran Hutan Amazon Capai Penurunan 65 Persen pada Juli

Penyelesaian kasus

Inggris sepakat membayar uang kompensasi tersebut kepada 7.723 warga Kenya. Meski demikian, sesuai perjanjian penyelesaian, pemerintah Inggris tidak mengakui bertanggung jawab atas kebakaran itu.

Pembagian dana kompensasi tidak merata. Banyak penerima manfaat kecewa karena hanya menerima sekitar 22.000 shilling Kenya atau Rp 2,7 juta. 

Sejumlah warga berencana menggelar protes menuntut keadilan.

"Ini adalah kisah sukses karena ini pertama kalinya kami memenangkan kasus melawan Tentara Inggris di Kenya, tetapi jumlahnya sangat kecil hingga hampir tidak ada," kata Anggota Parlemen Laikipia Cate Waruguru.

Baca juga: Kebakaran Apartemen di Seoul, 2 Orang Tewas, 13 Luka-luka

Kelvin Kubai, pengacara berusia 27 tahun yang memimpin gugatan class action, mengaku kliennya semula berharap mendapat kompensasi hingga 20 kali lipat lebih besar.

"Pelatihan militer dan konservasi tidak sejalan. Ada kebutuhan untuk memisahkan keduanya," ujar Kubai. 

Dia menambahkan, pembayaran ini bersifat ex gratia atau sukarela, yang dipilih agar proses tidak berlarut di pengadilan.

Baca juga: Pesawat Kecil di AS Tabrak Pesawat yang Parkir hingga Picu Kebakaran Hebat

Lingkungan baru pulih pada 2060

Dari sisi lingkungan, laporan firma konsultan Howard Humphreys menyebut lahan Lolldaiga baru bisa pulih sepenuhnya pada 2060. 

Kawasan ini sebelumnya merupakan peternakan swasta yang kemudian berubah menjadi suaka margasatwa pada 2021.

Lolldaiga menjadi habitat bagi zebra Grevy, gajah, kerbau, singa, hyena, serigala, monyet vervet, dan babun. Beberapa spesies di antaranya terancam punah.

Aktivis James Mwangi, yang mendampingi warga sejak kebakaran, mengingat kembali suasana pada Maret 2021. 

"Daerah ini seperti tungku api selama tujuh hari. Lebih dari 10.000 orang tercekik oleh asap beracun," papar Mwangi.

Baca juga: Masjid-Katedral Cordoba Dibuka Lagi Usai Selamat dari Kebakaran Hebat

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau