JAKARTA, KOMPAS.com - Hotel di Jakarta sedang menghadapi masa-masa sulit. Meski bisnis menunjukkan peningkatan dari kuartal pertama ke kuartal kedua tahun 2025, pasar perhotelan Jakarta jauh dari kata pulih total.
Alasannya? Hilangnya segmen "pelanggan" terbesar yakni permintaan dari pemerintah atau government spending.
Baca juga: Hotel Jakarta Berjuang Penuh Tantangan, Bali Bangkit Berkat Wisatawan
Selama ini, hotel-hotel di ibu kota sangat bergantung pada acara, rapat, dan perjalanan dinas dari instansi pemerintah.
Namun, dengan penurunan drastis di segmen ini, hotel dipaksa berinovasi dan mencari cara baru untuk bertahan.
Kehilangan permintaan dari pemerintah telah meninggalkan "lubang" besar yang belum bisa sepenuhnya diisi oleh segmen korporat.
Bisnis korporat pun kini lebih terfragmentasi dan kompetitif, bahkan ada yang memangkas anggaran perjalanan, memaksa hotel-hotel untuk menurunkan tarif demi mempertahankan klien.
Baca juga: Hotel di Bali Lebih Boros Listrik Dibanding Jakarta, Ini Alasannya
Untungnya, ada sebuah penyelamat tak terduga: kembalinya acara-acara offline. Mulai dari konser musik, acara olahraga, hingga kegiatan komunitas, semua ini menjadi oase di tengah gurun.
Menurut Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto, hotel-hotel yang berlokasi dekat dengan venue acara mengalami lonjakan pemesanan yang signifikan.
"Ini menunjukkan bahwa di tengah kesulitan, ada peluang besar yang bisa digarap di luar segmen tradisional," usar Ferry, dikutip Kompas.com, Senin (22/9/2025).
Colliers juga menyoroti perlunya hotel untuk berpikir di luar kotak. Dengan permintaan konvensional yang lesu, hotel harus beralih ke pasar yang kurang terlayani.
Salah satu strategi paling menjanjikan adalah memanfaatkan tren gaya hidup dan perjalanan berbasis pengalaman.
Hotel bisa berkolaborasi dengan promotor acara untuk menawarkan paket menginap yang sudah termasuk tiket konser atau pengalaman eksklusif lainnya.
Baca juga: Fungsi dan Lokasi, Pembeda Utama Hotel dan Motel
Strategi ini sangat menarik bagi Gen Z dan milenial yang tidak hanya mencari tempat menginap, tetapi juga pengalaman yang unik dan layak dibagikan di media sosial.
Inovasi lain adalah menciptakan kamar bertema khusus, misalnya berkolaborasi dengan seniman atau grup musik tertentu.
Langkah ini memungkinkan hotel untuk mematok harga premium dan menciptakan buzz yang bisa menjadi promosi gratis.