JAKARTA, KOMPAS.com – Di tengah perlambatan pertumbuhan harga rumah secara nasional, sektor properti di wilayah suburban atau pinggiran, justru menunjukkan ketahanan yang luar biasa, didorong oleh katalis pembangunan infrastruktur.
Menurut Flash Report Oktober 2025 dari Rumah123, daerah yang terhubung langsung dengan proyek jalan tol mencatatkan kenaikan nilai properti yang signifikan, membuktikan bahwa konektivitas adalah investasi masa depan.
Baca juga: Dapatkan Rumah Subsidi Mulai Rp 142 Juta di Katingan
Meski secara nasional, harga rumah sekunder hanya tumbuh 0,7 persen secara tahunan (YoY) hingga September 2025, angka yang masih di bawah inflasi nasional (2,65 persen), namun, kontras mencolok terjadi di area-area yang dilintasi jalan tol.
Dua kota ini menjadi benchmark utama bagaimana infrastruktur secara langsung mendongkrak nilai properti.
Yogyakarta mencatat kenaikan harga tertinggi 7,9 persen secara tahunan di seluruh Indonesia dengan median harga menjadi Rp 608 juta (tipe 60), Rp 960 juta (tipe 61-90), Rp 1,79 miliar (tipe 91-150), Rp 2,4 miliar (tipe 151-250), dan Rp 6,7 miliar (tipe < 251).
Pertumbuhan ini dipicu oleh proyek-proyek ambisius seperti Tol Solo–Yogyakarta–NYIA dan Tol Yogyakarta–Bawen.
Baca juga: Ara Usul Pengembang Rumah Subsidi Melantai di Bursa
Peresmian jalur Tol Solo–Klaten pada tahun 2024 disebut sebagai momentum yang mempercepat kenaikan harga rumah secara konsisten sejak pertengahan tahun lalu.
Akses ke bandara internasional dan kota-kota besar kini jauh lebih efisien, menjadikan properti di kawasan ini sangat diminati.
Sementara Depok menjadi salah satu kota penyangga Jakarta yang paling konsisten mencatatkan pertumbuhan harga sepanjang 2025.
Median harga yang teretam adalah Rp 600 juta (tipe 60), Rp 950 juta (tipe 61-90), Rp 1,5 miliar (tipe 91-150), Rp 2,5 miliar (tipe 151-250), Rp 5,4 miliar (tip <250).
Kenaikan ini didorong oleh beroperasinya Tol Depok–Antasari (Desari) dan pembukaan pintu tol Sawangan, yang sukses mengubah kawasan ini dari daerah pinggiran menjadi magnet baru bagi hunian dan fasilitas komersial.
Tangerang memegang posisi dominan sebagai lokasi pencarian rumah paling populer di Indonesia, menyumbang 14,1 persen dari total listing enquiries.
Harga rumah di Tangerang naik 1,1 persen secara tahunan (YoY), dengan media harga menjadi Rp 888 juta (tipe 60), Rp 1,4 miliar (tipe 61-90), Rp 2,1 miliar (tipe 91-150), Rp 3,5 miliar (tipe 151-250), dan Rp 6,8 miliar (tipe <250).
Angka ini menegaskan bahwa minat terhadap area suburban dengan konektivitas tinggi tetap kuat.
Baca juga: Cicilan Rumah Subsidi Tetap Rp 1 Jutaan hingga 20 Tahun
Tangerang menawarkan keseimbangan ideal antara lokasi strategis dan kualitas hidupyang dicari oleh masyarakat urban, sehingga permintaannya terus stabil bahkan meningkat.
Menurut Head of Research Rumah123, Marisa Jaya tren kenaikan harga di wilayah suburban ini bukan kebetulan, melainkan cerminan dari pergeseran preferensi pembeli, khususnya generasi muda.
"Konektivitas kini menjadi kata kunci dalam perilaku pencarian hunian, khususnya di kalangan generasi muda. Mereka semakin sadar bahwa nilai properti tidak hanya ditentukan oleh lokasi [pusat kota], tetapi juga oleh akses dan potensi pengembangan jangka panjang kawasan tersebut," jelas Marisa, kepada Kompas.com, Jumat (24/10/2025).
Baca juga: Cara Mendapatkan BSPS, Bantuan Bedah Rumah Tak Layak Huni
Fakta ini secara gamblang menegaskan bahwa infrastruktur adalah katalis penting bagi pasar properti, khususnya di wilayah suburban yang mampu menawarkan keseimbangan antara harga terjangkau dan kemudahan akses.
Dengan adanya penurunan suku bunga acuan ke 4,75 persen dan stabilitas ekonomi yang relatif terjaga, pasar properti Indonesia menunjukkan sinyal optimisme yang solid menjelang akhir tahun.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang